of a few people that impress me...I wish I can meet him..one day...who
knows..or he might read this and send me an email...:)
(ANTARA/REUTER/Andrew Winning)
Tingkah lakunya mirip buronan. Di sebuah restoran masakan Ethiopia di
distrik kumuh Paddington, London, Inggris, ia menemui wartawan New
York Times. Suaranya dipelankan, mungkin menurut dia bisa berguna
untuk menghindari "intel-intel".
Ia juga minta para pendukung setianya untuk menggunakan telepon
selular bersandi dengan kode yang rumit. Harganya tak murah. Assange
sendiri mengganti ponsel sesering dia mengganti baju.
Ia selalu menginap di hotel dengan nama palsu, mewarnai rambutnya,
tidur di sofa dan lantai, serta selalu berbelanja menggunakan uang
kontan, yang sering ia pinjam dari para sahabatnya, untuk menghindari
pelacakan kartu kredit.
"Tetap di jalur ini dan tidak berkompromi membawa saya ke dalam
ketegangan yang luar biasa," kata Assange dalam makan siang, Sabtu
pekan lalu.
Ia mengenakan sebuah kupluk wol 'sporty' dan membawa serta sekelompok
pengikut muda termasuk seorang pembuat film yang akan merekam jika ada
kejadian tak terduga.
Dalam petualangannya menuju kemasyuran, Assange sang pendiri laman
WikiLeaks, menilai beberapa pekan yang akan datang sebagai masa paling
berbahaya dalam hidupnya.
Ia baru saja mengumbar 391.832 dokumen rahasia tentang perang Irak,
bocoran yang paling memalukan tentang perang. Sabtu kemarin ia
mengadakan konfrensi pers di London dan mengatakan bahwa bocorannya
itu 'menjadi catatan yang paling komprehensif dan rinci tentang
perang'.
Kira-kira 12 bulan yang lalu ia menayangkan sejumlah 77.000 dokumen
rahasia milik Pentagon tentang perang Afghanistan di halaman web
WikiLeaks.
Banyak yang telah berubah sejak 2006, ketika Assange mulai
mengembangkan WikiLeaks. Pria Australia berusia 39 tahun itu sudah
bertahun-tahun menjadi peretas komputer. Teman-temannya bilang dia
"sedikit lagi masuk kategori genius".
Ia telah memberi definisi baru pada 'whistle blowing' dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan rahasia dan dengan enteng menyebarkannya
kepada seluruh dunia.
Bukan hanya pemerintah saja yang mengecamnya. Beberapa rekan
mengacuhkan Assange karena angkuh, tidak berpendirian, dan
menyesatkan, serta tak peduli dengan kekhawatiran bahwa rahasia yang
ia umbar bisa mengancam nyawa orang lain.
Beberapa rekannya di WikiLeaks mengatakan ia membuat keputusan sepihak
karena menyiarkan rahasia perang Afghanistan tanpa menghilangkan
nama-nama dari sumber-sumber intelejen Afghanistan yang digunakan
pasukan NATO.
"Kami sangat-amat kecewa, ditambah lagi perkataannya setelah rahasia
itu beredar,"kata Birgitta Jonsdottir, anggota inti dari WikiLeaks
yang juga anggota parlemen Islandia.
"Seharusnya ia bisa fokus pada hal-hal penting saja," sambung Jonsdottir.
Assange juga tengah diperiksa terkait tuduhan perkosaan dan pelecehan
seksual terhadap dua perempuan Swedia. Ia telah menyangkal tuduhan itu
dan mengatakan bahwa hubungannya dengan kedua perempuan itu
berdasarkan suka sama suka.
Tetapi para jaksa di Swedia belum secara resmi menghentikan atau
meneruskan penyelidikan kasus itu.
Assange mengatakan skandal itu sebagai 'kampanye-kampanye kotor' yang
semakin menambah tekanan atas hidupnya yang penuh selubung.
"Kadang saya sampai pada titik baik di penjara saja karena bisa
menghabiskan satu hari untuk membaca buku dengan tenang," ujar Assange
sambil menghabiskan santapannya dalam makan siang London itu.
Mengumbar Rahasia
Assange datang dari masa kecil yang tidak jelas di Australia karena ,
seperti yang diakuinya, ia mengalami ketidakcocokan sosial dan nyaris
masuk penjara setelah terbukti bersalah dalam 25 kasus peretasan
komputer pada 1995.
Sejarah selalu ditandai dengan mata-mata, pembelot, dan mereka yang
membongkar rahasia paling sakral dari generasi mereka. Assange telah
menjadi salah satu dari mereka di masa Internet ini, meski tanpa
perhitungan yang matang atas konsekuensi yang akan diterimanya dan
pemilik rahasia-rahasia dunia itu.
"Sudah 40 tahun saya menunggu orang yang membongkar
informasi-informasi dalam skala yang bisa membuat perubahan," kata
Daniel Ellsberg, yang pernah membeberkan 1.000 halaman lembaran studi
rahasia tentang Perang Vietnam pada 1971. Dokumen itu dikenal dengan
nama 'Pentagon Paper'.
Ellsberg mengatakan ia melihat semangat yang sama dalam diri Assange
dengan Prajurit Satu Bradley Manning (22) mantan anggota intelejen AS
yang kini ditahan di Quantico, Virginia, AS, yang dituduh membocorkan
dokumen perang Irak dan Afghanistan.
"Mereka berani dipenjara seumur hidup atau hukum mati untuk membongkar
informasi itu," ujar Ellsberg.
Belum jelasnya langkah yang akan diambil oleh pemerintah AS membuat
Assange gundah. Pentagon dan departemen kehakiman AS mengatakan akan
mengambil tindakan berdasarkan Undang-Undang Spionase tahun 1917.
Mereka telah mendesak Assange untuk mengembalikan semua dokumen
pemerintah yang berada dalam penguasaanya, menekankan Assange untuk
tidak menyiarkan setiap dokumen dokumen baru, dan agar tidak 'meminta'
bahan-bahan (rahasia) AS lagi.
Assange menanggapi hal hal itu dengan melarikan diri, meski belum
menemukan satu tempat pun untuk berlindung. Ketika kontroversi tentang
dokumen perang Afghanistan menghangat ia terbang ke Swedia untuk
meminta izin menetap dan mencari perlindungan. Permintaannya disambut
hangat oleh negara itu.
"Mereka menyebut saya 'James Bond' dalam jurnalisme dan kemudian
membuat saya digemari banyak orang meski beberapa dari mereka membuat
saya terlibat dalam masalah," kenang Assange dengan kecut.
Hubungannya dengan beberapa perempuan Swedia membuatnya ditahan karena
sangkaan pemerkosaan dan pelecehan seksual.
Karin Rosander, juru bicara kejaksaan di Swedia, pekan lalu mengatakan
para polisi erus menyelidiki kasus itu.
September silam, Assange meninggalkan Stockholm, Swedia, menuju
Berlin, Jerman. Sebuah tas yang ia bawa hilang padahal penerbangan itu
sangat sepi hampir tanpa penumpang. Isi tas yang hilang adalah tiga
laptop dan sampai kini tidak ditemukan. Assange memperkirakan
barang-barangnya itu telah disita.
Dari Jerman ia berangkat ke London meski khawatir akan ditahan ketika
tiba di bandara. Menurut hukum Inggris, paspor Australia-nya
memberikan dia hak untuk menetap di negara itu selama enam bulan.
Sementara Islandia di mata Assange telah kehilangan daya tariknya.
Negara itu sama seperti Inggris, yang terlalu mudah patuh pada
Washington. Tanah airnya Australia pun setali tiga uang;
mengisyaratkan akan bekerja sama dengan AS jika penuntutan atas
Assange mulai dilakukan.
"Anda telah bermain di luar aturan dan Anda akan ditangani di luar
aturan pula," kata seorang pejabat senior Australia kepadanya suatu
ketika.
Ia pun menerima ancaman dari dalam lingkarannya sendiri. Setelah
skandal di Swedia, ketegangan dalam tubuh WikiLeaks mencapai
puncaknya. Beberapa rekan terdekat Assange mulai berpaling secara
terbuka.
Harian The New York Times telah berbicara dengan belasan orang yang
pernah bekerja dan mendukung Assange di Islandia, Jerman, Swedia,
Inggris, dan AS.
Dari pembicaraan itu terungkap gambaran tentang sang pendiri WikiLeaks
yang inovatif dan karismatis tetapi sebagai seorang yang semakin
tersohor bak selebritis ia pun semakin mirip seperti diktator, yang
eksentrik, dan punya gaya yang beubah-ubah.
Guncangan di Dalam
Sejak menjalani hidup sebagai buronan, Assange pun mulai menjalankan
roda kepemimpinannya melalui internet. Saat memerintah dari jarak jauh
pun konon lagaknya tetap angkuh.
Dalam sebuah perbincangan 'online' dengan salah satu sukarelawan
mereka bulan lalu, Assange pernah sesumbar bahwa WikiLeaks akan hancur
tanpanya.
"Kita sedang berada dalam situasi bersatu atau mati untuk beberapa
bulan," ketik Assange dalam perbincangan yang salinannya dipegang oleh
The Times.
Ketika Herbert Snorrason, seorang aktivis politik asal Islandia
berusia 25 tahun mempertanyakan penilaian Assange dalam beberapa isu
yang sudah lewat, Assange kelihatan geram.
"Saya tidak suka nada bicara Anda. Jika terus seperti itu, Anda akan
dikeluarkan," tukasnya dalam perbincangan di dunia maya dengan
Snorrason. Assange menganggap dirinya 'tidak tergantikan'.
"Saya adalah hati dan jiwa dari organisasi ini, pendiri, pemikir, juru
bicara, penyusun aturan, organisator, pengatur dana, dan segalanya,"
imbuhnya kepada Snorrason. "Jika kamu tidak suka saya, kamu harus
keluar," lanjutnya sembari memaki.
Dalam sebuah wawancara terkait perbincangan 'online' dengan Snorrason
itu, ia hanya berkomentar ringan.
"Ia sedang error," seloroh Assange. Ia tidak begitu peduli dengan
mereka yang mengkritisinya. "Mereka tidak penting," tukasnya.
Ada belasan yang baru-baru ini keluar dari organisasi itu, kata Smari
McCarthy, sukarelawan asal Islandia. Musim panas silam Assange
menghukum Daniel Domscheit-Berg, seorang Jerman yang sebelumnya
bertugas sebagai juru bicara WikiLeaks dengan menggunakan nama samaran
Daniel Schmit, karena 'prilaku yang buruk'. Menurut McCarthy masih
banyak yang akan menyusul keluar.
Assange menyangkal banyak relawannya yang berhenti, kecuali
Domscheit-Berg. Organisasi yang menurut Assange itu mempunyai 40
tenaga inti dan hampir 800 sukarelawan diyakini akan lumpuh jika lebih
banyak lagi anggotanya yang keluar.
Para pekerja itu bertugas untuk merawat jaringan server dan untuk
mengamankan sistem mereka dari jenis serangan yang juga digunakan oleh
WikiLeaks untuk mendapatkan dokumen rahasianya.
Mereka yang membelot dari Assange juga menuduh dia berniat membalas
dendam kepada AS. Di London Assange mengatakan AS adalah masyarakat
militer yang terus berkembang dan karenanya menjadi ancaman terhadap
demokrasi.
"Kita telah diserang oleh AS jadi kini kita dipaksa untuk
mempertahankan diri," ia berujar lebih lanjut.
Di lain pihak, Assange tetap dapat pujian dari para penentangnya.
Sistem komputer yang rumit dan arsitektur pendanaan yang digunakan
WikiLeaks untuk membentengi organisasi itu dari musuh-musuhnya
merupakan hasil kerja Assange.
"Dia sangat unik dan luar biasa berguna," aku Jonsdottir, perempuan
anggota parlemen Islandia.
Gelombang Keraguan
Sebelum menayangkan dokumen perang Afghanistan dan Irak, WikiLeaks
terlibat dalam usaha-usaha menggoyahkan pemerintahan berbagai negara.
Para pendukung organisasi itu bergembira ketika mereka menayangkan
dokumen-dokumen terkait penjara Guantanamo Bay, isi email Yahoo mantan
calon Wakil Presiden AS, Sarah Palin, laporan tentang pengadilan
'extrajudicial' kasus pembunuhan di Kenya dan Timor Leste, daftar
anggota Partai Nasional Inggris yang berideologi neo-Nazi, dan rekaman
pembantaian terhadap 12 warga Irak, termasuk dua wartawan Reuters,
oleh sebuah helikopter Apache di Baghdad, Irak, pada 2007.
Tetapi kini WikiLeaks dihadapkan pada keragu-raguan yang baru. Lembaga
Amnesty International dan kelompok 'Reporters Without Borders' kini
bergabung dengan Pentagon untuk mengecam organisasi yang menggolongkan
diri sebagai bagian dari jurnalisme itu.
Menurut mereka WikiLeaks membahayakan jiwa orang lain dengan
menyiarkan daftar orang-orang Afghanistan yang bekerja untuk AS atau
bertindak sebagai informan.
Seorang juru bicara Taliban yang menggunakan nama samaran Zabiullah
Mujahid, misalnya, dalam sebuah wawancara telepon mengatakan Taliban
telah membentuk sebuah komite yang terdiri dari sembilan orang untuk
menemukan orang-orang yang bertindak sebagai mata-mata itu.
Menurutnya Taliban telah membuat sebuah daftar yang berisi 1800 nama
orang Afghanistan setelah membandingkan dengan nama-nama yang
disediakan oleh WikiLeaks.
"Setelah proses (pencarian) itu selesai, pengadilan Taliban akan
memutuskan nasib orang-orang itu," kata juru sang juru bicara Taliban.
Menghadapi tudingan itu Assange mengatakan bahwa keputusannya
menyebarkan informasi itu mendatangkan 'manfaat yang besar sekaligus
pencegahan akan bahaya yang mungkin disebabkan tersiarnya informasi
itu'.
"Tidak ada pilihan yang mudah bagi organisasi ini," tangkis Assange.
Namun, keepercayaan di antara para pengikutnya terus memudar. Suasana
hatinya tertangkap dengan jelas dalam sebuah obrolan 'online' pada 20
September silam dengan seorang tokoh senior dari WikiLeaks.
Dalam pembicaraan yang dimiliki salinannya oleh The Times itu Assange
menggambarkan mereka yang membelot sebagai 'sekelompok konfederasi
orang tolol' dan kepada lawan bicaranya ia bertanya dengan kasar,
"Apakah saya sedang berhadapan dengan seorang yang bego?"
Di London Assange marah ketika ditanyai tentang keretakan itu. Ia juga
menjawab ketus ketika ditanyai tentang keuangan WikiLeaks yang semakin
memburuk, nasib prajurit Manning, dan kurangnya akuntabilitas
WikiLeaks. Ia menyebut pertanyaan macam itu 'tolol', 'murahan', dan
mengingatkan akan pertanyaan dari anak TK.
Assange, ketika di London, berbicara tentang Manning dan
menggambarkannya sebagai 'tahanan politik' karena harus dipenjara
selama 52 tahun tanpa adanya pembuktian bahwa ia adalah sumber
kebocoran rahasia-rahasia perang itu.
"Kami punya kewajiban untuk mendampingi Manning dan orang lain yang
sedang menghadapi konsekuensi legal dan konsekuensi lainnya,' ujar
Assange.
Tidak hanya itu bos WikiLeaks itu bahkan angkat kaki di tengah
wawancara dengan Atika Shubert dari CNN ketika mulai ditanyai tentang
perpecahan dalam tubuh WikiLeaks dan kepribadian Assange yang
mempengaruhi kinerja organisasi itu.
"Saya akan keluar jika anda terus mencemari wawancara sangat serius
ini dengan pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan pribadi saya," kata
Assange seperti yang dikutip Daily Mail.
Shubert memang menanyainya tentang hubungannya kurang harmonis dengan
para relawannya dan skandal seksual yang membawa-bawa namanya di
Swedia.
"Ini benar-benar menjijikkan, Atika. Saya akan berhenti jika Anda
mencemari pengungkapan kematian 104.000 orang dengan menyerang saya,"
tukasnya sebelum akhirnya mencopot mikrofon dan beranjak pergi dari
tempat wawancara.
Nasib Assange sendiri tampaknya tak akan jauh berbeda dari Manning.
Senin silam Dewan Migrasi Swedia telah menolak permintaan izin
menetapnya di negara itu. Sementara visa Inggris-nya akan habis tahun
depan.
Sesaat sebelum ditelan bayang-bayang restoran di distrik kumuh London
itu ia masih menolak mengatakan ke mana ia akan pergi.
Sekali lagi, laki-laki yang telah membuat institusi-istitusi terkuat
ketar-ketir itu, melanjutkan petualangannya. (*)
Sumber: The New York Times dan Daily Mail
No comments:
Post a Comment