detikNews : Gus Dur, Kiai, Cendekiawan, Politisi, dan Guru Bangsa yang Kontroversial
KH Abdurrahman Wahid yang sering disapa Gus Dur dikenal sebagai tokoh memiliki banyak julukan. Dia adalah seorang kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Dia juga seorang politisi. Dia juga sering disebut sebagai guru bangsa. Namun, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh kontroversi.
Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Dia beristrikan Sinta Nuriyah dan memiliki empat anak perempuan. Salah satu anak perempuannya, Siti Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny mengikuti langkah Gus Dur sebagai politisi.
Sepak terjang Gus Dur di negeri Indonesia mendominasi pemberitaan pers sejak dulu. Gus Dur sebagai ketua umum PBNU dalam Muktamar NU tahun 1984. Lantas Gus Dur terpilih kembali untuk kedua kalinya dalam Muktamar Nu pada 1989 sebagai ketua umum PBNU 1989-1994. Dan pada Muktamar NU 1994, Gus Dur kembali terpilih sebagai ketua umum organisasi muslim terbesar di Indonesia hingga 1999.
Pada 1991, sikap kontroversi Gus Dur sempat mengemuka. Dia menolak bergabung ke dalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), organisasi cendekiawan yang dipimpin BJ Habibie. Soeharto mendukung organisasi ini. Tokoh intelektual muslim seperti Nurcholish Madjid alias Cak Nur dan Amien Rais dari Muhammadiyah aktif di organisasi ini. Namun, dalam perkembangannya, Amien Rais juga mundur dari Dewan Pakar ICMI karena berseberangan dengan penguasa.
Beberapa tokoh mengajak Gus Dur bergabung. Namun, Gus Dur menolak karena ia mengira ICMI mendukung sektarianisme dan akan membuat Soeharto tetap kuat. Pada tahun itu juga, Gus Dur melawan ICMI dengan membentuk Forum Demokrasi, organisasi yang terdiri dari 45 intelektual dari berbagai komunitas religius dan sosial.
Perjalanan Gus Dur semakin kontroversi setelah itu. Gus Dur pernah digandeng Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut untuk berkampanye. Gus Dur pernah mendukung bahwa Mbak Tutut sebagai calon presiden.
Karir Gus Dur di politik semakin mengkilap setelah Soeharto lengser dari kursi presiden. Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Dan dalam Sidang Istimewa MPR pada 2001, Gus Dur terpilih sebagai presiden RI menggantikan BJ Habibie. Dia berduet dengan Megawati sebagai presiden-wapres RI periode 1999-2004.
Namun, di tengah jalan, Gus Dur harus turun tahta. Kebijakannya sebagai presiden yang kontroversial membuat Gus Dur dihadapkan pada Sidang Istimewa MPR pada 2001. Tepat 23 Juli 2001, Gus Dur dilengserkan MPR dan kursi presiden digantikan oleh Megawati Soekarno Putri.
Selama menjadi presiden, Gus Dur membuat kebijakan-kebijakan penting, yang sebagiannya dianggap kontroversi. Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek) menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.
Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi. Gerakan anti Gus Dur pun muncul. Pada 1 Februari 2001, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi diadakannya Sidang Khusus MPR yang memungkinkan pelengseran terhadap Gus Dur.
Terhadap ancaman ini, pendukung Gus Dur pun berontak. Pendukung Gus Dur di Pasuruan, misalnya, terus menunjukkan dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.
Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melakukan reshuffle kabinet. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur. Menteri Kehutanan Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur.
Kondisi politik yang makin memanas, membuat Gus Dur mulai putus asa. Dia meminta Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menyatakan keadaan darurat. Namun, SBY menolak perintah itu. Gus Dur pun memberhentikan SBY dari jabatannya beserta empat menteri lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001.
Akhirnya pada 20 Juli 2001, Amien Rais menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan 40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekrit yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar, sebagai bentuk perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekrit tersebut tidak memperoleh dukungan. Dan pada 23 Juli, MPR secara resmi melengserkan Gus Dur.
Setelah lengser, Gus Dur terus berpolitik di PKB dengan posisi sebagai ketua dewan Syuro. Namun, dalam perkembangannya, PKB terbelah. Catatan terbelahnya PKB terus terjadi hingga menjelang Pemilu 2009. Sampai akhirnya, PKB pimpinan Muhaimin Iskandar diputuskan pengadilan sebagai PKB yang sah, sementara kubu Gus Dur kalah.
Selama menjadi mantan presiden, Gus Dur tetap memberikan pernyataan-pernyataan yang kontroversial termasuk berseberangan dengan Presiden Megawati dan Presiden SBY. Gus Dur pun sering disebut bapak dan guru bangsa, dengan harapan Gus Dur menjadi negawaran sejati. Di kalangan aktivis pro demokrasi, Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh demokrasi dan pluralisme. Di kalangan akar rumput, Gus Dur dianggap sebagai wali.
Dalam riwayat pendidikan, Gus Dur pernah belajar di Universitas Al Azhar Kairo, mesir. Ia pergi ke Mesir pada November 1963. Namun, kuliahnya di Al Azhar kurang mulus. Pada 1966, Gus Dur pindah ke Universitas Baghdad. Gus Dur menyelesaikan pendidikannya di Universitas Bagdhad pada 1970. Gus Dur juga pernah belajar di Universitas Leiden, belanda. Dari Belanda, Gus Dur pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.
Di usia ke-69, Gus Dur meninggalkan dunia yang fana ini. Gus Dur wafat pada Rabu (30/12/2009) sekitar pukul 18.45 WIB setelah dirawat di RSCM selama hampir sepekan. Saat ini, tokoh demokrasi, kiai, cendekiawan, bapak bangsa, dan politisi ini sudah tiada. Selamat jalan Gus....
Karir
* Ketua Umum Nahdatul Ulama (1984-1999)
* Ketua Forum Demokrasi (1990)
* Ketua Konferensi Agama dan Perdamaian Sedunia (1994)
* Anggota MPR (1999)
* Presiden Republik Indonesia (20 Oktober 1999-23 Juli 2001)
Daftar Penghargaan
* 1991: Penghargaan Dakwah Islam dari pemerintah Mesir
* 1993: Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership.
* 2004: Gus Dur ditabiskan sebagai Bapak Tionghoa oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok
* 2006: Gus Dur mendapatkan Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kebebasan Pers 2006 dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Doktor Honoris Causa
* Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Thammasat University, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Asian Institute of Technology, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Sorborne University, Paris, Perancis (2000)
* Doktor Kehormatan dari Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand (2000)
* Doktor Kehormatan dari Twente University, Belanda (2000)
* Doktor Kehormatan dari Jawaharlal Nehru University, India (2000)
* Doktor Kehormatan dari Soka Gakkai University, Tokyo, Jepang (2002)
* Doktor Kehormatan dari Sun Moon University, Seoul, Korea Selatan (2003)
* Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Konkuk University, Seoul, Korea Selatan (2003)
* Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Netanya University, Israel (2003)