JPNN.COM : AirAsia Listing Pengujung 2011
PT Indonesia Air Asia (IAA) berencana go public lewat mekanisme penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada kuartal empat 2011. Maskapai penerbangan dengan biaya rendah (low cost carrier/LCC) itu, membidik dana taktis senilai USD 150-200 juta, dengan skema pelepasan saham hingga 20 persen.
Namun, sebelum IPO itu geber, perseroan bakal terlebih dahulu menyatukan kepemilikan saham domestik, yang kini terpecah menjadi satu. Kepemilikan domestik menjadi satu sebesar 51 persen dan asing 49 persen. Setelah IPO, masing-masing akan terdilusi dengan sendirinya. ”Beberapa yang terdilusi, masih dalam kajian,” tutur Dharmadi, Presiden Direktur IAA, di Jakarta.
Saat ini, 51 persen saham IAA dimiliki lokal terbagi dalam tiga pihak, yaitu: PT Langit biru 21 persen, Pin Harris 20 persen, dan PT Fersindo Nusaperkasa 10 persen. Sehingga tidak bisa melebihi kepemilikan 49 persen saham oleh AA International Limited (AAIL), anak usaha dari AirAsia Berhad Malaysia. Mengenai kajian penggabungan lebih lanjut, klaim manajemen masih dalam kajian. Termasuk kajian mengenai proses IPO. Untuk keperluan itu, perseroan telah menunjuk dua penjamin emisi, yaitu Creddit Suisse dan CIMB Niaga Securities. Keduanya diputuskan setelah melakukan beauty contest (seleksi), pada Februari lalu.
Dharmadi melanjutkan, IPO merupakan bagian rencana perseroan untuk meningkatkan permodalan serta mendukung rencana ekspansi dimasa mendatang. Dana itu nantinya akan dipakai untuk pembelian sejumlah pesawat baru dan juga modal kerja. Selain menambah modal, IPO juga akan membuka kesempatan masyarakat serta karyawan perusahaan memiliki saham IAA. “Kami perlu dipandang sebagai bagian dari Indonesia,” imbuhnya.
Dari dana segar senilai USD 150-200 juta itu, perseroan akan membeli armada sebanyak lima pesawat baru jenis Airbus A320. Armada itu dibutuhkan, sesuai dengan konsep low cost carrier, yang akan mengangkut banyak penumpang dengan biaya bahan baker cost of fuel yang sama.
Saat ini IAA memiliki 20 pesawat sewa jenis airbus, dimana 16 diantaranya beroperasi. Nantinya, perseroan mengharapkan bisa memiliki 30 pesawat jenis airbus pada 2015. Untuk pembelian, akan dilakukan secara bertahap. Manajemen mengharapkan bisa mendapat bagus dengan harga murah. Dalam membeli pesawat, manajemen menerapkan strategi tersendiri yaitu mengunci (lock) harga pada saat penandatanganan perjanjian. Pesawat yang dibeli pun tidak full option.
Dengan tambahan armada itu, perseroan mengharapkan kinerja akan bertumbuh seiring banyaknya penumpang serta rute yang ditempuh. Pada tahun 2010, kinerja perseroan meningkat pesat. Di mana pendapatan tercatat Rp 2,76 triliun naik 39 persen dari 2009, sementara laba bersih mencapai Rp 474 miliar naik lebih dari 351 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan keuntungan itu, disebabkan peralihan pesawat yang dilakukan perseroan. Tahun lalu, IAA melakukan pergantian beberapa pesawat dari jenis 737 yang hanya memiliki 148 penumpang ke airbus, yang mampu mengangkut 184 penumpang. Nah, tahun ini, IAA menargetkan bisa mencapai pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun, sementara laba diharap menembus level Rp 500 miliar. “Itu didukung kenaikan jumlah penumpang, yang kami harap mencapai 4,5 juta penumpang,” tukas Dharmadi.
Analis PT Anugerah Securindo Indah, Viviet S Putri menilai, IAA memiliki prospek sangat bagus. Baik secara industri maupun pengelolaan manajemen. Melihat kinerja IAA positif, dengan pertumbuhan laba yang baik didukung efisiensi perseroan. “Manajemen mampu menekan biaya yang tidak perlu dikeluarkan untuk industri penerbangan. Di samping kemampuan menambah pendapatan, melalui ancillary,” ulas Viviet. (far)
Namun, sebelum IPO itu geber, perseroan bakal terlebih dahulu menyatukan kepemilikan saham domestik, yang kini terpecah menjadi satu. Kepemilikan domestik menjadi satu sebesar 51 persen dan asing 49 persen. Setelah IPO, masing-masing akan terdilusi dengan sendirinya. ”Beberapa yang terdilusi, masih dalam kajian,” tutur Dharmadi, Presiden Direktur IAA, di Jakarta.
Saat ini, 51 persen saham IAA dimiliki lokal terbagi dalam tiga pihak, yaitu: PT Langit biru 21 persen, Pin Harris 20 persen, dan PT Fersindo Nusaperkasa 10 persen. Sehingga tidak bisa melebihi kepemilikan 49 persen saham oleh AA International Limited (AAIL), anak usaha dari AirAsia Berhad Malaysia. Mengenai kajian penggabungan lebih lanjut, klaim manajemen masih dalam kajian. Termasuk kajian mengenai proses IPO. Untuk keperluan itu, perseroan telah menunjuk dua penjamin emisi, yaitu Creddit Suisse dan CIMB Niaga Securities. Keduanya diputuskan setelah melakukan beauty contest (seleksi), pada Februari lalu.
Dharmadi melanjutkan, IPO merupakan bagian rencana perseroan untuk meningkatkan permodalan serta mendukung rencana ekspansi dimasa mendatang. Dana itu nantinya akan dipakai untuk pembelian sejumlah pesawat baru dan juga modal kerja. Selain menambah modal, IPO juga akan membuka kesempatan masyarakat serta karyawan perusahaan memiliki saham IAA. “Kami perlu dipandang sebagai bagian dari Indonesia,” imbuhnya.
Dari dana segar senilai USD 150-200 juta itu, perseroan akan membeli armada sebanyak lima pesawat baru jenis Airbus A320. Armada itu dibutuhkan, sesuai dengan konsep low cost carrier, yang akan mengangkut banyak penumpang dengan biaya bahan baker cost of fuel yang sama.
Saat ini IAA memiliki 20 pesawat sewa jenis airbus, dimana 16 diantaranya beroperasi. Nantinya, perseroan mengharapkan bisa memiliki 30 pesawat jenis airbus pada 2015. Untuk pembelian, akan dilakukan secara bertahap. Manajemen mengharapkan bisa mendapat bagus dengan harga murah. Dalam membeli pesawat, manajemen menerapkan strategi tersendiri yaitu mengunci (lock) harga pada saat penandatanganan perjanjian. Pesawat yang dibeli pun tidak full option.
Dengan tambahan armada itu, perseroan mengharapkan kinerja akan bertumbuh seiring banyaknya penumpang serta rute yang ditempuh. Pada tahun 2010, kinerja perseroan meningkat pesat. Di mana pendapatan tercatat Rp 2,76 triliun naik 39 persen dari 2009, sementara laba bersih mencapai Rp 474 miliar naik lebih dari 351 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan keuntungan itu, disebabkan peralihan pesawat yang dilakukan perseroan. Tahun lalu, IAA melakukan pergantian beberapa pesawat dari jenis 737 yang hanya memiliki 148 penumpang ke airbus, yang mampu mengangkut 184 penumpang. Nah, tahun ini, IAA menargetkan bisa mencapai pendapatan sebesar Rp 3,3 triliun, sementara laba diharap menembus level Rp 500 miliar. “Itu didukung kenaikan jumlah penumpang, yang kami harap mencapai 4,5 juta penumpang,” tukas Dharmadi.
Analis PT Anugerah Securindo Indah, Viviet S Putri menilai, IAA memiliki prospek sangat bagus. Baik secara industri maupun pengelolaan manajemen. Melihat kinerja IAA positif, dengan pertumbuhan laba yang baik didukung efisiensi perseroan. “Manajemen mampu menekan biaya yang tidak perlu dikeluarkan untuk industri penerbangan. Di samping kemampuan menambah pendapatan, melalui ancillary,” ulas Viviet. (far)
No comments:
Post a Comment