MENELUSURI jejak korupsi yang dilakukan keluarga Mubarak memang tidak semuudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, banyak praktik bisnis di Mesir dijalankan secara rahasia, hanya oleh kelompok kecil tertentu. Dalam hal ini, keluarga Mubarak dan rekan-rekannya. Kasus korupsi di Mesir ini mirip dengan apa yang dilakukan keluarga Suharto dan kroninya di Indonesia.
Menurut Samer Soliman, ekonom Universitas Amerika di Kairo, cara korupsi keluarga MUbarak bukan dnegan mencuri uang anggaran. Namun, mereka melakukannya dengan memanfaatkan modal politik yang ada (kekuasaan Mubarak sebagai Presiden Mesir). Lewat modal politik itulah, mereka melakukan akumulasi kekayaan, baik itu berupa uang tunai , properti dan surat berharga.
Oleh karena itu, tindak korupsi di sana menjadi tidak terjamah. Polisi tidak dapat melakukan apapun karena kejahatan itu dilakukan dengan sistematis dan dalam kelompok eksklusif.
Meskipun pernah ada sejumlah anggota dari partai petahan yang ditangkap akibat korupsi, jumlahnya hanya sedikit, umumnya para pelaku korupsi dalam link keluarga Mubarak dan partainya, tidak tersentuh hukum. Begitu besarnya kuasa Mubarak, para klannya begitu leluasa melakukan apapun, sekalipun itu korupsi.
Namun, serapih apapun kebusukan disimpan, suatu hari hal itu akan terkuak juga. Demikian pula yang terjadi di Mesir, banyak pihak, termasuk media, sedang melacak jejak korupsi klan Mubarak itu.
"Kita akan bongkar semua itu," kata George Ishak, kepala Asosiasi Perubahan Nasional, bagian darikelompok oposisi di Mesir. Menurut George, pihaknya akan melakukan penyelidikan mendalam terhadap semua famili Mubarak, keluarga para menteri era Mubarak, para elit partai Mubarak, dan semua pihak lainnya yang terkait dnegan pemimpin lalim itu.
Beradasrkan data GFI (Global Financial Integrity), korupsi di Mesir jumlahnya mencapai 6 miliar per tahun. Sementara akumulasi jumlah uang negara yang diselewengkan pada 2000 sampai dengan 2008, mencapai 57.2 miliar. Adapun sumber uang yang disalahgunakan itu berasal dari korupsi pajak. Korupsi pajak ini tidak hanya terjadi di Mesir, tetapi juga di negara Timur Tengah dan Afrika Utara lainnya. Tidak heran, peringkat korupsi di negara-negara tersebut sangat tinggi.
"Apa yang terjadi di Mesir merupakan akibat kondisi sistemik dimana Mubarak hanya salah satu bagiannya," kata penulis laporan itu yang bernama Dev Kar. Menurut Dev, pemerintahan yang lemah dan tanpa ada pengawasan membuat korupsi menjadi marak. Pun dnegan suap, penghindaran pajak, pencucian uang, dan kejahatan kerah putih lainnya, menjadi umum terjadi setiap tahunnya di sana.
Saat ini banyak rumor menyebutkan, jumlah kekayaan Mubarak mencapai 70 miliar dolar. Namun, pejabat AS menganggap cerita soal kekayaan Mubarak itu, terlalu berlebihan. Menurut perkiraan mereka, kekayaan pria berusia 82 tahun itu hanya sekitar 2-3 miliar dolar AS.
Berdasarkan investigasi, peranan anak kedua Mubarak yang bernama Gamal sangat penting dalam kasus korupsi di keluarga eks presiden Mesir itu. Gamal yang sebelumnya disiapkan untuk menggantikan Mubarak, seusai meninggalkan karirnya di Bank of America di London pada era 1990-an, seringkali dibawa ayahnya ke dalam pertemuan-pertemuan bisnis dan politik penting di negara itu. Hal ini membuat, Gamal menjadi dikenal oleh para pengusaha besar dan pihak lainnya yang berinvestasi di Mesir.
Melalui koneksi yang dijalin ayahnya itulah, Gamal punya posisi di perusahaan sekuritas terbesar di Mesir yang bernama EFG-Hermes. Berdasarkan laporan keuangan 2010, aset perusahaan itu mencapai 8 miliar dolar AS. Masuknya keluarga Mubarak dalam perusahaan itu membuat semua tender bisnis dengan mudah dimenangkan. Dalam hal ini, perusahaan itu punya peranan penting dalam privatisasi semua perusahaan nasional di Mesir. Sebelum aktif di Hermes, pada 1996 di London, Gamal sempat mendirikan perusahaan finansial bernama Medinvest . Pasca-Gamal bergabung dengan Hermes, perusahaannya di London itu bangkit menjadi perusahaan besar. Meskipun pada akhirnya Medinvest dijual ke perusahaan sekuritas internasional bernama Bullion Company Ltd, bukan berrati Gamal tidak punya lagi aset di sana. Justru, setengah saham Bullion merupakan milik Gamal. Bahkan, laporan terbaru yang disiarkan New York Post menunjukkan bahwa anak pertama Mubarak bernama Ala'a menjadi salah satu CEO di sana.
Saat ini, 35 persen perusahaan sekuritas di Mesir dimiliki Bullion, dengan total modal 919 juta dolar AS. Menurut salah seorang CEO EFG-Hermes, Hassan Heikal, pasar saham yang dikelola Bullion berorientasi pada produk gas, baja, semen, makanan, dan peternakan. Heikal membantah, Gamal punya saham besar di sana. DIa menolak menolak menjawab berapa besar jumlah kekayaan Gamal. Menurut dia, Gamal hanya memiliki sekitar 7 persen saja. Akan tetapi, juru bicara EFG-Hermes mengakui bahwa Gamal mendapatkan perlakuan khusus di perusahaan itu.
Selain perusahaan sekuritas, harta Mubarak lainnya adalah properti. Akan tetapi, sampai saat ini baru satu properti berupa rumah di Knightsbridge, London, yang diketahui milik Mubarak, Itu pun kini setelah disidik, ternyata bukan lagi atas nama Mubarak. Padahal, sejumlah warga di dekat kediaman keluarga Mubarak itu, menyebutkan, keluarga Mubarak baru-baru ini terlihat berada di sana. Salah seorang perempuan penghuni properti itu mengatakan, Mubarak sudah menjual kepada majikannya. Namun, berdasarkan investigasi organsisasi anti korupsi dan media baik di Mesir maupun dunia, diketahui bahwa pemilik properti itu masih merupakan sanak keluarga Mubarak.
Memang penyelidikan yang ada saat ini belum menghasilkan capaian yang maksimal. Oleh karena itu, seperti dikatakan Daniel Thelesklaf, Direktur Pusat dan Penyelematan Aset Internasional yang bermarkas di Swiss itu, pemerintah Mesir harus segera menjalankan investigasi kriminal terhadap keluarga MUbarak.
Tidak ada cara lain, investigasi menyeluruh memang harus dilakukan agar semua penyimpangan finasial yang dilakukan keluarga Mubarak terkuak. Pun, dengan aset-aset Mubarak hasil korupsi yang selama ini keberadaanya misterius, dapat diselamatkan dan dikembalikan untuk pembangunan rakyat Mesir.(Huminca/"PR"/berbagai sumber)
No comments:
Post a Comment