source:
KOMPAS.com -Aktivitas sederhana yang jadi bagian dari kehidupan sehari-hari, seperti mengetik di ponsel ataupun komputer, ternyata dapat memicu kerusakan saraf tepi. Namun seringkali orang tidak menyadari bahwa dirinya mengalami penyakit yang juga dikenal dengan istilah neuropati ini.
Dokter spesialis saraf Manfaluthy Hakim mengatakan, mengenali gejala neuropati lebih mudah dilakukan di malam hari. Terutama jika gejalanya belum parah, karena umumnya di malam hari lebih sering muncul.
"Di malam hari, otak biasanya sudah tidak terlalu terfokus dengan aktivitas yang dilakukan, makanya gejala neuropati lebih bisa dirasakan," katanya dalam media workshop bertajuk "Waspadai Gaya Hidup Berisiko Neuropati" di Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf (PERDOSSI) Moh Hasan Machfoed menjelaskan, otak hanya bisa fokus pada satu hal yang diprioritaskan. Sementara pada siang hari, otak lebih memprioritaskan kegiatan daripada merasakan gejala.
"Misalnya saat kebakaran, orang akan memprioritaskan untuk lari, jika tertusuk paku tidak akan dirasa. Namun ketika keadaan sudah aman, biasanya baru terasa sakitnya," jelas dia menganalogikan.
Gejala neuropati antara lain pegal, kesemutan, kram, tangan kaku, kebas, rasa tertusuk-tusuk, dan terbakar. Gejala umumnya terjadi di bagian ujung-ujung tubuh, misalnya pada kaki atau tangan.
Kerusakan saraf tepi diketahui dapat mengakibatkan mati rasa. Bahkan jika sudah dalam kondisi parah, penyakit ini akan menyebabkan kerusakan saraf otonom sehingga fungsi-fungsi tubuh yang digerakan tanpa sadar seperti jantung dan
Hampir 80 persen waktu yang dihabiskan oleh para pekerja kantoran adalah untuk duduk. Berada di ruangan yang sejuk, duduk di kursi empuk, dan menghadapi laptop sepanjang hari memang nyaman. Akan tetapi, waspadai penyakit yang mengancam.
Selain berisiko tinggi mengalami kegemukan, duduk atau tidak bergerak dalam waktu lama bisa membuat kita lebih rentan menderita penyakit sendi dan juga saraf.
Anda mungkin sering mengeluhkan pundak yang terasa kaku, siku nyeri, pergelangan tangan bengkak dan lemas, atau jari-jari terasa kesemutan. Ini adalah sedikit dari kumpulan gejala yang disebut dengan upper extremity disorder (UED) atau gangguan bagian luar tubuh. Penyakit yang termasuk dalam UED antara lain sindrom carpal tunnel, tennis elbow (nyeri pada bagian luar lengan bawah), ataupun tendinitis (radang pada tendon).
Salah satu yang memicu penyakit sindrom karpal tunel adalah cedera tekanan berulang (repetitive stress injury/RSI). Tetapi sebenarnya bukan hanya faktor pengulangan seperti mengetik saja yang memicu gangguan pada saraf-saraf.
Paling tidak ada tiga penyebab utama UED, yakni faktor ergonomik, penyakit yang sudah lebih dulu ada, dan faktor psikososial. Kombinasi antara faktor ergonomik seperti aktivitas sama berulang-ulang dan postur yang buruk menjadi pemicunya. Tidak semua orang beruntung mendapat kursi kerja dengan sandaran tangan dan punggung yang ergonomis.
Sementara itu, tennis elbow disebabkan karena berbagai aktivitas, termasuk memutar lengan bawah dan gerakan pergelangan tangan secara berulang kali.
Sayangnya tak mudah mengatasi gangguan ini. Mengubah letak komputer saja ternyata bukan solusi jitu. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan kondisi penyakit yang sudah lebih dulu ada, misalnya jika menderita diabetes maka jagalah agar gula darah selalu normal untuk menjaga kondisi saraf.
Sering-sering melakukan peregangan dan mengistirahatkan tangan tanpa melakukan kegiatan apa pun untuk sementara bisa membantu mengurangi nyeri.
ika Anda pernah mengalami kesemutan atau mati rasa khususnya pada ibu jari, tengah, telunjuk, dan separuh sisi luar jari manis, bisa jadi itu tanda dari penyakit carpal tunnel syndrome (CTS).
Penyakit ini memang kurang begitu terkenal, tetapi sesungguhnya kasusnya cukup banyak dan sering terjadi pada pekerja kantoran yang dalam kesehariannya terlalu sering menggunakan tangan untuk melakukan tugas tertentu secara berulang-ulang.
"Penyebabnya repetitive injury. Trauma ringan yang dilakukan selama puluhan tahun, seperti misalnya mengetik dengan teknik yang salah," kata Dr. Eka Musridharta, Sp.S (K) KIC dari Departemen Neurologi FKUI- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
CTS atau biasa disebut sindroma terowongan karpal adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh terjepitnya saraf medianus di daerah pergelangan tangan. Apabila terkena saraf sensorik, maka hal tersebut akan mengganggu pergerakan dari ketiga jari (ibu jari, telunjuk, tengah dan manis).
"Penyakit ini paling sering diderita oleh sekretaris, dokter gigi, dan montir yang dalam pekerjaannya sering menggunakan pergelangan tangan. Tapi paling banyak sekretaris," jelasnya.
Eka menceritakan bahwa ia pernah menangani pasien dengan CTS, yang bekerja sebagai sekretaris. Sebut saja Ratih (40), nama samaran. Pertama kali datang, Ratih merasakan bahwa permukaan jarinya baal, khususnya pada ibu jari, jari telunjuk, dan tengah.
"Kalau misalnya lagi pegang sesuatu Ia tidak bisa merasakan apa-apa. Bahkan tidak bisa membedakan panas dan dingin. Tapi jari yang lain bisa," cerita dr. Eka.
Eka juga menambahkan, salah satu ciri khas yang umumnya dialami pasien dengan CTS (termasuk Ratih) adalah terbangun pada malam hari akibat kesemutan pada tangan.
Tetapi hal ini biasanya akan membaik dengan melakukan sedikit peregangan pada pergelangan tangan yang mengalami kesemutan.
Apa yang dialami Ratih lanjut Eka hanyalah contoh dari bentuk CTS ringan. Tetapi meskipun ringan, kondisi tersebut dapat memengaruhi aktivitas pekerjaan seseorang karena gerakan ke tiga jari (jempol, telunjuk dan tengah) menjadi terganggu.
"Kalau yang berat bisa sampai lumpuh dan harus dioperasi. Operasinya kecil dan risikonya rendah asal dikerjakan oleh tenaga yang ahli," bebernya.
Untuk pasien dengan CTS, yang terpenting adalah bagaimana supaya mencegah agar penyakitnya tidak kembali kambuh. Usahakan segala bentuk aktivitas fisik yang menggunakan pergelangan dilakukan dengan posisi yang ergonomis.
Eka mengatakan bahwa dengan semakin banyaknya pekerja kantoran yang menggunakan komputer sebagai alat kerja, jumlah pasien yang datang ke rumah sakit dengan masalah pada pergelangan tangan juga semakin meningkat.
Pada pekerja kantoran yang dalam melakukan aktivitas pekerjaan (seperti mengetik) lebih sering melakukan kesalahan secara berulang dan terus menerus selama lebih dari 5 tahun, memiliki risiko lebih besar terkena CTS.
"Usahakan jangan melakukan gerakan yang salah tadi. Kalau perlu memakai sarung tangan khusus untuk menjaga posisi pergelangan tangan tetap normal saat mengetik atau melakukan pekerjaan lainnya," ucapnya.
Eka menjelaskan, diagnosis CTS perlu dipastikan dengan pemeriksaan yang disebut elektromiografi (EMG). Alat tersebut lanjut Eka, akan ditempelkan ke jari pasien untuk diberikan rangsangan listrik, guna memeriksa fungsi sarafnya, apakah ada perburukan atau tidak.
"Kalau hasil pemeriksaan EMG sangat buruk atau sudah mulai ada kelumpuhan dapat disarankan untuk dilakukan pembedahan," terangnya.
Pengobatan dengan obat-obat anti radang yang diminum cukup efektif untuk mengatasi CTS yang ringan. Tapi jika upaya tersebut tidak berhasil, maka pengobatan yang terbaik adalah operasi. (*)
No comments:
Post a Comment