Instagram

Translate

Sunday, June 22, 2014

House of One in Berlin

PERNAH dengar rumah ibadah three in one? Kalau belum, Anda tak sendirian karena rumah ibadah 3 in 1 baru akan didirikan di Petriplatz, Berlin, Jerman. Jika ini sudah terwujud, maka seperti dilansir laman BBC, Minggu (22/6/2014), Ibu Kota Jerman itu akan mencatat sejarah dunia karena rumah ibadah 3 in 1 yang menyatukan sinagog (rumah ibadah Yahudi), masjid (Muslim) dan gereja (Kristen) dalam satu atap untuk memuja Tuhan itu, baru pertama kali dibangun di dunia. 

Ide pembuatan rumah ibadah 3 in 1 itu berasal dari  Pendeta Gregor Hohberg, seorang pemuka agama Protestan asal Berlin. Dia meminta, sebuah tempat ibadah 3 in 1 seharusnya bisa dibangun di lokasi pembangunan gereja pertama dan bersejarah di Berlin,  Santo Petri, yang dibuat pada abad 12, tetapi hancur akibat Perang Dunia Kedua saat tentara komunis menguasai Berlin. Puing-puing gereja tersebut ditemukan kembali enam tahun lalu saat sejumah arkeolog mengeskavasi situs gereja tersebut dan menemukan sejumlah kuburan kuno peninggalan abad ke-12. Saat itulah, Pendeta Hohberg melontarkan idenya untuk membangun rumah ibadah 3 in 1 di bangunan bekas Gereja Santo Petri itu. 

Bagi warga Yahudi, lokasi rumah ibadah 3 in 1 punya arti penting.  "Dari sudut pandang saya, di kota tersebut warga Yahudi di masa lalu pernah sangat menderita dan sekarang di tempat yang sama, sebuah pusat ibadah akan dibangun tiga agama yang telah menjadi bagian dari budaya Eropa," ujar Rabbi Tovia Ben Chorin, salah seorang pemimpin agama Yahudi yang terlibat dalam projek rumah ibadah 3 in 1 itu. 

Lalu, apakah pembangunan rumah ibadah tak akan membuat kekisruhan di antara umat beragama?  Soal ini, Ustad Kadir Sanci, salah seorang pemimpin Muslim yang ikut dalam projek itu, mengatakan bahwa sejumlah orang mungkin tak setuju dengan pembangunan tersebut. Namun, di sisi lain, keberadaan rumah ibadah 3 in 1 itu akan menjadi bukti bahwa banyak warga Muslim itu anti kekerasan. "Ini bisa menunjukkan kepada dunia bahwa mayoritas Muslim itu cinta damai," ujarnya seraya menambahkan kalau rumah ibadah 3 in 1 di Berlin itu juga akan menjadi tempat untuk mempejari budaya yang berbeda. "Kita satu sama lainnya bisa saling belajar budaya yang berbeda," ujar ulama Muslim yang orang tuanya adalah pendatang dari Turki itu. 

Berbagai Banyak Kesamaan

Wilfried Kuehn, perancang rumah ibadah 3 in 1 di Berlin itu, mengatakan, timnya saat ini telah selesai membuat desain bangunan tersebut. Kuehn mengaku tak terlalu menemui kesulitan untuk menyelesaikan rancangan  tersebut. Pasalnya, selama penelitian untuk menentukan desain rumah ibadah 3 in 1 itu, Kuehn dan timnya ternyata menemukan banyak kesamanan desain antara gereja, masjid dan sinagog. "Ini lebih dari yang kami perkirakan," ujar sang arsitek asal Jerman itu.


"Yang menarik dalam penelitian kami soal tipe rumah ibadah Yahudi, Muslim dan Kristen, ternyata mereka ini berbagi banyak kesamaan dalam hal tipologi arsitekturalnya. Tak terlalu jauh beda," ujar Kuehn, pemenang kompetisi desain rumah ibadah 3 in 1 itu. Kuehn punn mencontohkan, berdasarkan penelitian timnya, sebuah masjid itu ternyata tak harus punya menara. selain itu, bangunan gereja juga tak perlu menara. "Jadi desain tim kami ini kembali ke asal saat ketiga agama tersebut dekat dan berbagi banyak hal secara arsitektural," kata Kuehn menambahkan. 

Lalu, desain apa yang mereka pilih? Kuehn pun menjawan kalau rancangan rumah ibadah 3 in 1 karya timnya itu, secara garis besar berbentuk bangunan tinggi berbahan batu bata dengan sebuah menara persegi panjang di tengahnya.  Dalam bangunan tersebut akan dibagi empat ruangan, yakni bangunan A yang terletak di tengah dipakai untuk tempat pertemuan semua warga (apapun agama mereka), termasuk warga atheis. Sementara bangunan B untuk masjid yang dilengkapi fasilitas wudhu. Lalu, bangunan C untuk gereja, yang akan dilengkapi dengan piano dan terakhir, bangunan D untuk sinagog. Khusus untuk masjid dan sinagog, bangunan terdiri dari dua tingkat dan untuk gereja, hanya satu tingkat. "Ini disesuaikan dengan kebutuhan keyakinan mereka," papar arsitek berambut agak gondrong itu


Unik


Meski di masa lalu, sejumlah pemeluk agama berbeda telah menggunakan bangunan sama untuk beribadah kepada Tuhan. Sebagai contoh, sejumlah masjid di selatan Spanyol berubah menjadi katedral saat warga Kristen menalukkan kawasan itu .  Di Turki, hal mirip terjadi, sejumlah gereja menjadi masjid saat warga Muslim mengalahkan pemerintahan Kristen di kawasan itu di masa lalu.  Sementara di Inggris, sejumlah gereja diubah menjadi sinagog dan masjid untuk mengakomodasi kebutuhan ibadah para warga pendatang asal Timur Tengah dan Asia selatan yang mayoritas Muslim itu. 

Namun, untuk rumah ibadah 3 in 1 seperti di Berlin, ini tentunya hal yang sangat berbeda atau bisa dibilang unik. Pasalnya, kegiatan ibadah dilakukan dalam satu atap. 
"Berlin adalah kota tempat berkumpul berbagai warga dari seluruh negara di dunia ini dan kami ingin memberikan contoh baik bagaimanan kebersamaan itu bisa dijalin oleh warga dengan keyakinan berbeda," ujar Pendeta Hohberg kepada BBC.  (Huminca)***



--

No comments:

Post a Comment