detik Finance :
Pengusaha dalam negeri menyambut positif terhadap langkah pemerintah China untuk membuat mata uangnya lebih fleksibel. Kebijakan tersebut diharap bisa memperlemah daya saing produk-produk China.
"Kalau apresiasi berlanjut maka daya saing produk kita akan lebih bersaing dengan produk China," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Investasi Chris Kanter saat ditemui di sela-sela acara Ernst & Young di Graha Niaga, Jakarta, Senin (21/6/2010).
Chris menjelaskan jika apresiasi Yuan berlangsung, maka berarti 'subsidi' pemerintah China melalui kebijakan moneternya akan berakhir. Lambat laut produk-produk China yang selama ini terkenal murah meriah perlahan-lahan akan terkikis.
"Ini kan mata uang, ada proses mem-balance, tentunya itu akan bertahap," jelasnya.
Selama ini kata Chris kebijakan China terhadap mata uangnya, melalui 'subsidi' moneternya sulit tersentuh dari sisi mekanisme perdagangan yang diatur oleh WTO. Niat China untuk membuat yuan lebih fleksibel akan disambut positif oleh pelaku usaha di dunia tak terkecuali Indonesia.
"Sekarang ini dunia sudah terbuka memang sulit dihindari," jelasnya.
Seperti diketahui pemerintah China telah mengumumkan akan membuat mata uangnya lebih fleksibel, sehingga membuncahkan harapan Beijing akan segera melakukan penyesuaian atas patokan mata uangnya.
Langkah itu langsung membuat yuan menguat ke titik tertingginya dalam 5 tahun terakhir, sementara bursa-bursa Asia langsung melonjak tajam.
Pada perdagangan hari ini, yuan melonjak hingga 6,7974 dolar, yang merupakan titk tertinggi sejak Beijing melakukan revaluasi pada Juli 2005. Namun yuan masih berada di kisaran yang diperbolehkan di level 6,7934 hingga 6,7934 dolar.
China secara efektif telah mematok mata uangnya di kiasaran 6,8 dolar sejak tahun 2008. Yuan hanya diperbolehkan bergerak pada kisaran 0,5% di sekitar patokan tersebut.
Pasar menyambut baik pernyataan Bank Sentral China yang akhirnya melunak dan mau meningkatkan fleksibilitas mata uangnya. Bursa-bursa regional juga langsung melonjak seperti Shanghai menguat 2,90%, Hong Kong naik 3,08%, Tokyo naik 2,43%, Sydney naik 1,33% dan Singapura naik 1,62%, Jakarta naik tipis 0,42%.
No comments:
Post a Comment