Instagram

Translate

Thursday, January 20, 2011

Warren Buffett's Value Investing Principle

| PortalReksadana.com
Pasar finansial dunia sedang dilanda krisis, baik di AS maupun seluruh dunia. Krisis ini pun telah merambah perekonomian secara umum dan menunjukkan gejala yang makin tidak menggembirakan. Dalam jangka pendek, angka pengangguran akan meningkat, kegiatan usaha akan menurun atau bahkan macet dan topik utama pemberitaan di media massa akan terus terdengar menakutkan.

Jadi… saya telah membeli saham-saham emiten AS selama periode ini. Saya berbicara tentang rekening pribadi saya, yang selama ini hanya terdiri atas obligasi pemerintah AS. Ini mengesampingkan kepemilikan saya di Berkshire Hathaway holdings, yang seluruhnya sudah didedikasikan untuk kegiatan amal dan kemanusiaan. Apabila harga-harga saham masih atraktif, maka komposisi kekayaan saya di luar Berkshire akan segera beralih menjadi 100% saham.

Mengapa demikian?

Saya berpegang pada satu prinsip sederhana dalam melakukan pembelian saham: jadilah takut saat yang lain sedang tamak dan jadilah tamak saat yang lain takut. Dan pastinya, ketakutan saat ini sedang merajalela, mencekam bahkan investor yang sudah canggih sekalipun. Memang investor berhak mengkhawatirkan perusahaan yang utangnya besar (highly-leveraged) atau bisnis yang memliki daya saing yang lemah. Tetapi ketakutan atas kejayaan perusahaan-perusahaan yang baik dalam jangka panjang adalah hal yang tidak masuk akal. Perusahaan-perusahaan ini memang akan mengalami penurunan laba, seperti biasa mereka alami di masa krisis, tetapi mereka akan mampu menciptakan rekor laba baru dalam 5, 10 atau 20 tahun dari sekarang.

Perkenankan saya menjelaskan satu hal: saya TIDAK BISA memprediksi pergerakan pasar saham dalam jangka pendek. Saya sama sekali tidak punya ide apakah harga-harga saham akan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dalam sebulan atau setahun dari sekarang. Akan tetapi, yang mungkin terjadi adalah, pasar akan bergerak naik, bahkan mungkin secara signifikan, jauh sebelum sentiment atau perekonomian berbalik arah menuju perbaikan. Jadi bila anda menunggu sampai burung Robin keluar, musim semi sudah akan berlalu.

Ada sebuah fakta sejarah: pada masa the Great Depression, indeks Dow Jones mencapai angka terendahnya, 41, pada tanggal 8 Juli 1932. Keadaan ekonomi, di lain pihak, terus memburuk sampai Franklin D. Roosevelt diangkat menjadi presiden AS pada Maret 1933 - pada saat itu kemudian pasar telah naik 30%. Begitu juga pada masa awal Perang Dunia Kedua, di saat keadaan memburuk bagi AS akibat perkembangan situasi di Eropa and Asia Pasifik. Pasar mencapai titik terendahnya di bulan April 1942, jauh sebelum tentara sekutu tiba.

Kemudian sekali lagi di awal 1980-an, waktu untuk membeli saham adalah saat inflasi membumbung dan perekonomian ambruk. Singkatnya, berita buruk adalah sahabat karib seorang investor karena itu memungkinkan investor membeli bagian dari masa depan AS dengan harga yang sudah terdiskon.

Dalam jangka panjang, berita tentang pasar saham akan menjadi baik. Selama abad ke-20, AS telah mengalami dua perang dunia serta berbagai konflik militer yang traumatic dan memakan biaya tinggil the Great Depression; lusinan resesi dan panic di pasar financial; gejolak harga minyak (oil shocks); wabah flu; dan pengunduran diri seorang presiden melalui pemakzulan (impeachment). Namun indeks Dow Jones tumbuh dari 66 ke 11.497!

Anda mungkin berpikir bahwa mustahil bagi seorang investor untuk merugi di abad yang penuh dengan keuntungan luar biasa. Tapi beberapa investor ternyata mengalaminya dan mereka adalah investor yang membeli saham saat mereka merasa nyaman melakukannya lalu kemudian menjual saat topik utama berita membuat mereka pusing kepala.

Saat ini mereka yang memegang kas merasa nyaman. Tapi seharusnya mereka tidak karena mereka memilih asset jangka panjang yang buruk, asset yang bisa dikatakan tidak menghasilkan apa-apa dan pastinya akan terdepresiasi nilainya. Tentunya segala daya upaya pemerintah untuk mengatasi krisis mungkin malah menaikkan inflasi sehingga mempercepat penurunan nilai riil dari kas.

Saham tentunya akan memberikan imbal hasil yang melebihi imbal hasil kas selama 10 tahun ke depan, dan mungkin malah jauh melebihi.Iinvestor yang terus berpegang pada kas pada dasarnya bertaruh bahwa mereka bisa beralih dari kas secara efisien di kemudian hari. Selama menunggu rasa nyaman kembali seiring dengan munculnya berita-berita baik, mereka mengacuhkan nasihat Wayne Gretzky: "I skate to where the puck is going to be, not to where it has been." (Saya berselancar menuju tempat di mana setan akan pergi, bukan ke mana ia pernah berada).

Saya tidak mau mengutarakan pendapat tentang pasar modal, and sekali lagi saya tekankan bahwa saya tidak punya ide tentang kondisi pasar saham dalam jangka pendek. Akan tetapi, saya akan mengikuti langkah restoran yang membuka usaha di sebuah gedung bank yang kosong: "Put your mouth where your money was." (“Letakkan mulutmu di mana uang berada.”)

Saat ini baik uang maupun mulut saya mengatakan saham.

Warren E. Buffett adalah chief executive Berkshire Hathaway, sebuah perusahaan holding yang berinvestasi di berbagai bidang usaha.

---

The financial world is a mess, both in the United States and abroad. Its problems, moreover, have been leaking into the general economy, and the leaks are now turning into a gusher. In the near term, unemployment will rise, business activity will falter and headlines will continue to be scary.

So ... I've been buying American stocks. This is my personal account I'm talking about, in which I previously owned nothing but United
States government bonds. (This description leaves aside my Berkshire Hathaway holdings, which are all committed to philanthropy.) If prices
keep looking attractive, my non-Berkshire net worth will soon be 100 percent in United States equities.

Why?

A simple rule dictates my buying: Be fearful when others are greedy,and be greedy when others are fearful. And most certainly, fear is now
widespread, gripping even seasoned investors. To be sure, investors are right to be wary of highly leveraged entities or businesses in weak
competitive positions. But fears regarding the long-term prosperity of the nation's many sound companies make no sense. These businesses will indeed suffer earnings hiccups, as they always have. But most major companies will be setting new profit records 5, 10 and 20 years from now.

Let me be clear on one point: I can't predict the short-term movements of the stock market. I haven't the faintest idea as to whether stocks
will be higher or lower a month - or a year - from now. What is likely, however, is that the market will move higher, perhaps substantially so,
well before either sentiment or the economy turns up. So if you wait for the robins, spring will be over.

A little history here: During the Depression, the Dow hit its low, 41, on July 8, 1932. Economic conditions, though, kept deteriorating until
Franklin D. Roosevelt took office in March 1933. By that time, the market had already advanced 30 percent. Or think back to the early days of World War II, when things were going badly for the United States in Europe and the Pacific. The market hit bottom in April 1942, well before Allied fortunes turned.

Again, in the early 1980s, the time to buy stocks was when inflation raged and the economy was in the tank. In short, bad news is an
investor's best friend. It lets you buy a slice of America's future at a marked-down price.

Over the long term, the stock market news will be good. In the 20th century, the United States endured two world wars and other traumatic and expensive military conflicts; the Depression; a dozen or so recessions and financial panics; oil shocks; a flu epidemic; and the resignation of a disgraced president. Yet the Dow rose from 66 to 11,497.

You might think it would have been impossible for an investor to lose money during a century marked by such an extraordinary gain. But some investors did. The hapless ones bought stocks only when they felt comfort in doing so and then proceeded to sell when the headlines made them queasy.

Today people who hold cash equivalents feel comfortable. They shouldn't. They have opted for a terrible long-term asset, one that pays virtually nothing and is certain to depreciate in value. Indeed, the policies that government will follow in its efforts to alleviate
the current crisis will probably prove inflationary and therefore accelerate declines in the real value of cash accounts.

Equities will almost certainly outperform cash over the next decade, probably by a substantial degree. Those investors who cling now to cash are betting they can efficiently time their move away from it later. In waiting for the comfort of good news, they are ignoring Wayne Gretzky's advice: "I skate to where the puck is going to be, not to where it has been."

I don't like to opine on the stock market, and again I emphasize that I have no idea what the market will do in the short term. Nevertheless,
I'll follow the lead of a restaurant that opened in an empty bank building and then advertised: "Put your mouth where your money was."

Today my money and my mouth both say equities.

Warren E. Buffett is the chief executive of Berkshire Hathaway, a diversified holding company.


No comments:

Post a Comment