me and my…. » PELECEHAN SEXUAL ::..
Untuk memahami makna Sexual Harassment atau Pelecehan Seksual, kita perlu terlebih dahulu melihat makna masing-masing kata yang ada di dalamnya.
Sex: Jenis kelamin; satu dari dua jenis kelamin dalam spesies; jantan atau betina, laki-laki atau perempuan; organ reproduktif.
Sexual: Hal-hal yang menyangkut seks/jenis kelamin
Harass: ganggu; sesuatu yang tidak diundang; dalam bahasa Perancis tua akar kata ini (harer atau hare) dipakai utnuk menggoda anjing agar mengejar, membuat kucing berdiri bulunya; mengganggu ketenangan; membuat kesal secara terus-menerus; menyerang berulang kali. Harassment adalah penggangguan ketenangan yang sifatnya tidak diundang oleh subyek yang diganggu.
Leceh: membuat kecil; mengejek; merendahkan mertabat. Pelecehan adalah tindakan menurunkan martabat.
Definisi Pelecehan Seksual adalah perilaku atau tindakan yang mengganggu, menjengkelkan, dan tidak diundang yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan diraskan menurunkan martabat dan harkat diri orang yang diganggunya.
Perilaku ini bisa bersifat fisik dan mental, serta bisa verbal ataupun non-verbal serta mengganggu aspek fisik, mental, emosional, dan spiritual korban.
Contoh Pelecehan Seksual
Banyak orang meminta contoh Pelecehan Seksual sebelum mereka melaporkan kejadian yang sesungguhnya. Dan seringkali juga ditemukan korban yang melaporkan tanpa menyadari bahwa apa yang terjadi kepadanya merupakan pelecehan seksual.
Beberapa contoh berikut ini mungkin dapat memberikan gambaran kepada anda:
Tekanan langsung atau halus untuk untuk tindakan seksual (berciuman, berpegangan tangan, berhubungan seksual)perilaku genit, gatal atau centil.
Sentuhan yang tidak diundang atau kedekatan fisik yang tidak diundang, atau mendorong alat kelamin (penis atau dada) pada korbannya.
Agresi fisik seperti ciuman atau menepuk bagian tubuh tertenu.
Lelucon atau pernyataan yang menjurus, merendahkan jenis kelamin tertentu dan tidak pada tempatnya.
Serangan seksual, gerak-gerik yang bersifat seksual, kasar atau ofensif atau menjijikkan.
Perhatian seksual yang tidak diundang dan tidak disukai serta tidak pada tempatnya.
Merendahkan martabat seseorang secara langsung langsung karena jenis kelamin mereka secara verbal.
Tuntutan berhubungan seks untuk dapat naik jabatan atau tanpa ancaman.
Gerak-gerik tubuh yang ’sok akrab’ secara fisik dan bersifat menjurus kearah hubungan seks.
Menunjukkan gambar seksual.
Selalu menatap atau melihat bagian tubuh tertentu.
Membuat pernyataan, pertanyaan atau komentar yang secara seksual bersifat eksplisit.
Membuat pernyataan yang merendahkan gender atau orientasi seksual orang (misalnya, merendahkan seseorang karena ia homoseksual atau waria).
SIAPA
Siapa yang dapat menjadi korban Pelecehan Seksual? Apakah hanya perempuan yang dapat menjadi korban pelecehan seksual? Dapatkah pelecehan seksual dilakukan perempuan terhadap perempuan? Laki-laki terhadap laki-laki?
Pelecehan Seksual bisa dilakukan laki-laki maupun perempuan
Korban tidak harus berlawanan jenis dengan pelakunya
Pelaku pelecehan seksual bisa seorang majikan, agen penyalur tenaga kerja, atasan di wilayah lain, rekan sekerja atau mitra perusahaan namun tidak bekerja di kantor yang sama.
Korban tidak harus merupakan orang yang langsung jadi korban, namun bisa juga orang yang terpengaruh oleh perilaku yang ofensif (misalnya kasus hubungan seksual di atas pesawat)
Pelecehan seksual dapat terjadi tanpa ada kerugian material pada korbannya.
Perilaku korban murni tidak diundang dan tidak ada provokasi dari pihak korban.
Dilihat dari korban:
Korban terutama adalah perempuan (50-67 %) oleh laki-laki, dan juga terjadi terhadap laki-laki oleh laki-laki (15-30 %)
Survei di tahun 1987 di Merit Systems Protection Board menemukan bahwa 42% perempuan dan 14% laki-laki mengadu menjadi korban pelecehan.
85% perempuan dan 76% laki-laki di sekolah dilaporkan mengalami pelecehan seksual di sekolah
International Social Survey Program menemukan bahwa dari 1000 responden, 40% perempuan dan 25% laki-laki yang bekerja pernah mengalami Pelecehan Seksual.
Perlu Diingat:
Semua kasus pelecehan seksual jelas adalah perilaku seksual yang tidak diundang, atau bersifat non-konsensual.
Sebagian dari kasus yang diadukan atau sampai dilaporkan bukanlah perilaku seksual tidak diundang, karena sebagian memang awalnya bersifat konsensual. (Sebagian orang melaporkan setelah hubungan affair yang mereka jalani hancur, dengan tujuan menjatuhkan pihak lainnya)
Oleh karena itu, tidak semua kasus yang diadukan sebagai pelecehan seksual sesungguhnya)
SITUASI & KONDISI
Setelah membahas bentuk-bentuk pelecehan seksual, kini kita akan membicarakan mengapa, kapan dan dimana pelecehan seksual terjadi, secara spesifik di lingkungan kerja.
Dilihat dari si Peleceh:
Peleceh tidak mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dan rasa aman pada dirinya (sense of security) yang kurang, sehingga harus menjatuhkan orang lain untuk merasa baik akan dirinya sendiri.
Kehidupan personalnya kurang memuaskan dan hubungan interpersonal dengan orang lain tidak begitu baik.
Mempunyai kemarahan mendalam secara psikologis.
Keinginan menunjukkan kekuasaan dan kontrol.
Pernah dilecehkan atau mengalami sexual abuse sewaktu kecil.
Merupakan bentuk excitement tersendiri bagi mereka.
Dibesarkan dalam keluarga yang disfungsional (=dimana setiap anggota keluarga tidak menjalankan fungsi dan peran mereka dalam keluarga sebagaimana layaknya keluarga yang harmonis)
Perilaku ini adalah sesuatu yang dipelajari (learned behaviour)
Tidak mampu membedakan antara lelucon, bercanda dengan pelecehan. Mereka kira mereka hanya bercanda.
Umumnya mereka memiliki kendali fisik, mental, emosional dan spiritual yang rendah.
Dipelajari melalui media massa (televisi, radio, koran, majalah, dll) dan pemerintah serta lingkungan sekitar.
Merangsang peleceh secara seksual
Pemahaman moral dan etika yang dangkal
Patologis klinis (atau gangguan kejiwaan) dimana mereka tidak dapat menghentikan impuls atau dorongan untuk menjatuhkan orang lain lewat pelecehan.
Dilihat dari korban:
Semua orang bisa menjadi korban, dari bayi sampai para manula di panti jompo. Namun meskipun semua orang bisa menjadi korban, orang-orang berikut cenderung membiarkan situasi bertahan dan berlanjut:
Mereka umumnya tidak mempunyai rasa percaya diri yang kuat sehingga sikap tubuh mereka tampak lemah, tidak asertif serta tampak (dari kacamata si Peleceh) mudah dipermainkan (easy target dan available)
Pemalu, menarik diri, kurang pandai mengekspresikan dirinya secara verbal maupun non verbal.
Tidak segera bertindak di awal-awal adanya gejala yang mengarah pada terjadinya pelecehan sehingga pelecehan berlanjut.
Dilihat dari Tempat dan Kapan:
Situasi kerja memungkinkan terjadinya pelecehan. Bila kepala kantor laki-laki, kebolehjadian pelecehan jauh lebih tinggi dibandingkan bila dikepalai perempuan.
Ruangan kerja banyak sudut-sudut yang tertutup dan tidak tersupervisi (ruang arsip, gudang, ruang tertutup tanpa jendela, dll) sehingga rentan sebagai tempat terjadinya pelecehan seksual fisik.
Kerja lembur, saat kantor sedang sepi karyawan sehingga memungkinkan terjadinya pelecehan seksual fisik.
Pelecehan seringkali terjadi di tempat kerja dimana ada ketimpangan dalam persentase jenis kelamin pekerjanya atau orientasi seksualnya, dimana yang satu lebih tinggi dari yang lainnya. Misalnya, perempuan di dunia kerja laki-laki, atau sebaliknya, atau heteroseksual di tengah homoseksual, atau homoseksual di tengah heteroseksual.
DAMPAK PSIKOLOGIS
Dampak psikologis pelecehan seksual tergantung pada:
� Frekuensi terjadi pelecehan - Semakin sering terjadi, semakin dalam pula luka yang ditimbulkan
� Parah tidaknya (halus atau kasar, taraf) - Semakin parah tindak pelecehan seksual dan semakin tindakan tersebut menghina martabat dan integritas seseorang, semakin dalam pula luka yang ditimbulkan, apalagi jika menyangkut keluarga korban.
� Apakah secara fisik juga mengancam atau hanya verbal - Semakin tindakan pelecehanini dirasakan mengancam korban secara fisik, lebih dalam dampak dan luka yang ditimbulkan. Bila pelecehan seksual dilakukan dengan ancaman pemecatan dan korban tidak yakin mampu menemukan pekerjaan lain, maka dampak psikologis akan lebih besar.
� Apakah mengganggu kinerja pekerja - Bila ya, maka akan disertai dengan rasa frustasi. Ini tentunya juga tergantung seberapa parah dan jauh pelecehan itu mengganggu kinerka korban. Semakin parah gangguan yang dialaminya, semakin tinggi taraf frustasi dan semakin parah kerusakan psikologisnya.
Dampak utama yang paling sering tampil adalah:
Jengkel
Senewen
Stress hingga breakdown
Marah
Kebencian pribadi hingga generalisasi kebencian pada pelaku atau mereka dari jenis kelamin yang sama dengan pelaku.
Kehilangan rasa percaya
Ketakutan
Merasa berdosa atau merasa dirinya sebagai penyebab
Frustasi
Rasa tidak berdaya
Menarik diri, dll
MENGHADAPI PELECEHAN SEKSUAL
Secara umum, seharusnya setiap perusahaan memiliki kebijakan terperinci mengenai perilaku atau pernyatan apa yang dapat dikategorikan sebagai pelecehan seksual, berikut sanksi-sanksi yang akan diberikan pada si peleceh. Perlu ada pula prosedur pelaporan, penyediaan konselor, dan kepastian bahwa informasi akan dijaga konfidensialitasnya.
Hal-hal yang dapat Anda lakukan ketika terjadi pelcehan seksual di tempat kerja:
Katakan TIDAK! Dengan tegas, tanpa senyum dan minta maaf.
Buat jurnal kejadian, yang menceritakan secara tepat dan terperinci apa yang terjadi pada Anda, termasuk tempat, waktu, pelaku, tepatnya apa yang dilakukan dan/atau dikatakan si pelaku. Lebih baik lagi bila Anda merekam atau menyimpan bukti-bukti seperti surat atau catatan yang menunjukkan pelecehan.
Cari Informasi tentang si Peleceh dari orang-orang sekitarnya, apakah hal ini pernah terjadi sebelumnya, apakah mereka pernah menjadi korban pelecehan si peleceh, atau apakah ada orang yang pernah keluar tanpa sebab jelas setelah bekerja dengannya, dll.
Buat pernyataan tertulis kepada si peleceh bahwa Anda tidak suka dengan perilakunya. Gambarkan secara spesifik perilaku apa yang tidak Anda sukai. Simpan copy surat itu.
Hubungi atasan, jelaskan apa yang terjadi pada Anda. Bila menyerahkan dokumentasi, simpan semua copy asli dari dokumentasi Anda.
No comments:
Post a Comment