Awas Musim Batuk! - Printable Version
Oleh : dr. Dissy Pramudita
Klikdokter.com – Musim pancaroba tengah berlangsung. Kondisi iklim dan suhu tak menentu membuat bakteri maupun virus penyakit semakin mudah berkembang. Tidak sedikit kondisi fisik masyarakat mengalami gangguan sepele tak sepele, batuk.
Batuk merupakan salah satu dari 5 alasan tersering seseorang berobat ke dokter. Dengan banyaknya pilihan obat batuk di pasaran, sebagian besar orang telah mencoba untuk mengatasi sendiri keluhan batuknya.
Sebagian jenis batuk dapat diatasi hanya dengan menggunakan obat batuk yang dijual dipasaran, namun pada sebagian kasus lainnya batuk ini dapat terus berlanjut dan tidak kunjung membaik.
Batuk yang terus berlanjut selama beberapa minggu dapat terjadi akibat batuk yang membandel ataupun akibat suatu penyakit lain yang lebih serius dan memerlukan pengobatan khusus. Batuk yang berlangsung selama lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan beturut-turut disebut sebagai sebagai batuk kronik atau batuk kronik berulang.
Batuk kronik tidak boleh dianggap sepele. Terdapat beberapa jenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya batuk kronik, antara lain asma dan alergi, infeksi saluran napas, TB paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK ) yang terutama menyerang perokok, dll. Umumnya sulit bagi seseorang untuk mengetahui penyebab batuk kronis yang dialami dirinya.
Selama ini, hanya dokter yang dapat memberikan informasi apa yang menjadi penyebab batuk yang dialami seseorang. Melalui artikel ini, Kami akan ulas beberapa hal yang dapat menyebabkan batuk kronis, sehingga Anda dapat mengetahui langkah apa yang harus dilakukan dalam menghadapi batuk kronis.
[Image: batuk%20paru.jpg]
1. TB Paru
Batuk berdahak yang berlangsung selama 3 minggu atau lebih dapat terjadi akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis dalam paru. Penyakit ini dikenal dengan nama TB paru (TBC). Penyakit ini merupakan penyebab kematian akibat infeksi nomor 1 di Indonesia. Jumlah penderita TBC di Indonesia sangat banyak, diperkirakan diantara 100.000 penduduk indonesia terdapat 130 penderita TBC.
Batuk kronik yang terjadi karena TB paru biasanya disertai dengan keluhan lain berupa sesak napas atau nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, demam meriang lebih dari sebulan, berkeringat malam walau tanpa kegiatan, dan batuk darah atau adanya dahak yang bercampur darah.
Penderita batuk kronik dengan gejala menyerupai TB paru sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan diangosis TB paru, antara lain pemeriksaan dahak atau pemeriksaan foto rontgen dada.
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian obat TB secara terus menerus selama 6 bulan. Pengobatan secara dini dapat mencegah terjadinya komplikasi penyakit yang lebih berbahaya.
2. Asma dan Alergi
Asma merupakan suatu inflamasi (peradangan) kronik pada saluran napas, sehingga saluran napas cenderung membengkak dan menyempit. Akibat terjadinya penyempitan saluran napas, napas akan terasa sesak dan terdengar suara mengi saat bernapas.
Disamping itu, batuk juga dapat merupakan salah satu gejala asma. Batuk pada penderita asma terutama akan memberat pada malam atau dini hari. Serangan asma berlangsung secara periodik. Di luar serangan, penderita asma dapat tidak merasakan keluhan apa-apa.
Asma dapat menyerang berbagai usia, namun lebih sering terjadi pada anak-anak. Pemicu serangan asma dapat berbeda-beda pada setiap orang, antara lain dapat berupa aktifitas fisik yang berlebihan, udara dingin, asap rokok, beberapa jenis makanan, dll.
Keluhan batuk diduga disebabkan oleh asma atau alergi jika hanya timbul pada saat tertentu saja, dengan pemicu yang sama setiap kambuh. Batuk dapat berhenti dengan sendirinya jika pemicu tersebut dihindari. Jika Anda tetap belum yakin apa yang menjadi pemicu terjadinya batuk alergi pada diri Anda, Anda dapat meminta dokter untuk melakukan suatu pemeriksaan uji cukit kulit (skin test) untuk mengetahui sumber penyebab alergi pada diri anda.
3. Infeksi Saluran Napas
Batuk merupakan salah satu gejala tersering yang timbul akibat infeksi saluran napas. Infeksi saluran napas dapat disebabkan oleh bakteri, virus ataupun jamur.
Salah satu infeksi saluran napas yang paling sering terjadi adalah sakit flu (common cold) yang terjadi akibat infeksi virus. Disamping batuk, gejala lain yang dapat menyertai flu antara lain hindung tersumbat dan demam. Umumnya keluhan pada penyakit ini bersifat akut (hanya terjadi dalam beberapa hari) dan dapat sembuh sendiri dengan beristirahat.
Namun, keluhan batuk dapat bertahan lebih lama di dalam tubuh dibandingkan keluhan lainnya. Hal ini dapat terjadi karena saluran udara yang masih sensitif dan meradang paska infeksi.
Disamping sakit flu, terdapat suatu infeksi saluran napas yang lebih berbahaya, yang dikenal dengan nama pneumonia. Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, mikoplasma, jamur, dll.
Pada pneumonia, batuk yang terjadi akan disertai dengan pengeluaran lendir berwarna kehijauan. Disamping itu, gejala lain dari pneumonia adalah demam tinggi, menggigil, nyeri dada, badan terasa lemas, lelah dan mual. Pnemonia juga merupakan suatu penyakit paru yang bersifat akut dan dapat disembuhkan dengan antibiotik dalam waktu 2 atau 3 minggu.
Seperti halnya pada penyakit flu, meskipun pneumonia merupakan penyakit yang akut, namu keluhan batuk pada pneumonia dapat berjalan kronis dan bertahan lebih lama dibandingkan keluhan lainnya.
bersambung
RE: Awas Musim Batuk! - Bank Jack - 22 Mar 2010 14:44
4. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
PPOK merupakan suatu penyakit paru kronis yang ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara di saluran napas dan biasanya disebabkan oleh proses peradangan paru akibat pajanan gas berbahaya (misal rokok, asap polusi dari pembakaran, dll).
Kerusakan jaringan paru akibat PPOK dapat menyebabkan timbulnya kesulitan dalam mengeluarkan udara dari dalam paru, sehingga membuat penderita PPOK merasa bahwa napasnya pendek.
Penyakit ini seringkali terjadi pada usia diatas 45 tahun, terutama mengenai perokok. Pada PPOK, paru akan memproduksi banyak lendir (mukus), sehingga tubuh akan secara refleks berusaha untuk mengeluarkan lendir tersebut dengan batuk.
Dokter baru akan memeriksa ke arah PPOK pada penderita dengan faktor risiko (seperti merokok) setelah mengesampingkan penyebab-penyebab batuk yang lebih umum. Untuk memastikan diagnosis PPOK, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, salah satunya adalah spirometri, yaitu suatu pemeriksaan dimana dokter akan meminta anda untuk menarik napas sedalam-dalamnya sesuai kemampuan anda dan kemudian hembuskan udara napas tersebut ke dalam suatu tabung pemeriksaan.
5. Polusi Udara
Berbagai polutan dan iritan di udara dapat menyebabkan batuk yang terus menerus. Bahkan paparan singkat terhadap asap (seperti asap knalpot mesin diesel) dapat mengakibatkan batuk, dahak, dan iritasi paru.
Asap juga dapat memperburuk gejala asma atau alergi. Disamping itu, udara yang mengandung spora jamur yang ditemukan di dalam dan di sekitar rumah juga dapat menyebabkan mengi dan batuk saat menghirupnya.
[Image: batuk%20pernapasan.jpg]
6. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
GERD merupakan suatu kelainan pada lambung dan kerongkongan (esofagus) yang terjadi akibat asam lambung naik ke kerongkongan. Hal ini terjadi akibat lemahnya katup yang terdapat antara kerongkongan dan lambung. Gejala utama GERD adalah adanya sensasi dada terasa terbakar.
Namun, batuk dapat merupakan gejala lain yang timbul akibat GERD. Disamping itu, GERD dapat juga disertai oleh timbulnya keluhan nyeri pada ulu hati, mual, kembung, dan timbul suara mengi saat bernapas.
Sebenarnya GERD merupakan suatu kelainan yang sering menyebabkan terjadinya batuk kronik, namun jarang disadari oleh dokter dan penderitanya. Keluhan GERD dapat diatasi dengan pemberian obat pengontrol asam lambung.
Dokter dapat mendiagnosis GERD melalui pemeriksaan endoskopi, yaitu suatu teknik pemeriksaan struktur dalam tubuh dengan menggunakan alat berbentuk tabung yang disebut endoskop. Endoskop akan dimasukkan ke dalam kerongkongan untuk melihat adanya kerusakan pada kerongkongan.
No comments:
Post a Comment