Instagram

Translate

Tuesday, September 14, 2010

"Langkah adaptasi perubahan iklim di Indonesia masih setengah hati kalau tak bisa dibilang ‘lip service", Zadrach said.

 Pakar iklim ITB, Zadrach L Dupe, menyatakan curah hujan luar biasa itu harus disadari bersama sebagai eksistensi dari perubahan iklim global yang terjadi. Kondisi itu tak bisa dilihat terpisah dari kerusakan lingkungan yang menyebabkan perubahan iklim lokal. Karena perubahan iklim lokal yang tersebar di berbagai wilayah menambah banyak titik panas sebagai pemicu peningkatan global warming. "Beradaptasi dengan perubahan iklim yang terjadi itu yang paling penting. Seringkali kita hanya mau ributnya mengkampanyekan, tapi kita tak mau melakukan adaptasi dengan sebenarnya," ujar Zadrach.Secara sederhana, Zadrach mengungkapkan sebenarnya tak ada yang berubah dari pola musim di Indonesia yang dikenal sejak dulu konsisten memiliki dua musim, yakni musim hujan dan kemarau. Dalam setahun, iklim Indonesia terbagi empat blok yakni musim kemarau pada Juni-Juli-Agustus, pancaroba kemarau ke hujan bulan September-Oktober-November. Kemudian dilanjut dengan musim hujan Desember-Januari-Februari dan pancaroba hujan ke kemarau pada Maret-April-Mei. "Perubahan iklim ini yang bisa menyebabkan apakah akan terjadi kemarau basah atau kemarau panjang. Karena faktor perubahan global tak bisa dihindari, adaptasi menjadi sangat penting," tuturnya. Zadrach melihat langkah adaptasi perubahan iklim di Indonesia masih setengah hati kalau tak bisa dibilang 'lip service'. Dia mengkritik banyaknya perusahaan atau instansi yang menjual kampanye penanaman pohon untuk menyatakan diri sebagai pahlawan ekologi. Sebuah perusahaan mobil misalnya mempublikasikan akan menanam satu pohon jika menjual satu mobil. Padahal kalkulasi emisi CO2 dari sebuah mobil rata-rata mencapai 6 ton per tahun yang harus diserap setidaknya 90-100 batang pohon berusia dewasa setiap tahun. "Rata-rata satu pohon hanya menyerap 70 kilogram CO2 per tahun, tapi sangat mudah dia bisa mengklaim sebagai pahlawan ekologi dengan hanya menanam satu pohon setiap menjual satu mobil," ujar Zadrach. Dia berharap semua orang jangan terpaku pada kampanye besar, tetapi memulai usaha menata lingkungan sendiri dengan menanam lebih banyak pohon di rumah dan lingkungan mereka untuk meredusir dampak perubahan iklim. (A-132)***
Sent from my BlackBerry®powered by Sinyal Kuat INDOSAT

No comments:

Post a Comment