Instagram

Translate

Wednesday, June 24, 2015

14 and 88: Why white supremacists love the numbers.

http://www.slate.com/articles/news_and_politics/explainer/2008/10/white_supremacists_by_the_numbers.html

Sent from my Mi phone

Biotin Deficiency & Insomnia | LIVESTRONG.COM

http://www.livestrong.com/article/504277-biotin-deficiency-insomnia/#page=2

Sent from my Mi phone

Holy Cows in Nepal

SAAT berwisata ke Nepal dan sejumlah negara Indochina (Kamboja, Laos, Thailand, Myanmar), Anda kemungkinan akan sering berpapasan dengan monyet rhesus (Macaca mulatta) dan sapi. Khususnya monyet akan dengan mudah ditemukan di kuil-kuil, sedangkan sapi di jalan raya. Pengalaman ini juga saya rasakan saat mengunjungi negara-negara tersebut tempat sejumlah hewan disucikan. Ketika bulan lalu saya mengunjungi Nepal, pemilik hotel tempat saya menginap di Tansen, Dhanishwar mengatakan bahwa terdapat 10 hewan suci dalam agama Hindu sehingga mereka ini tak boleh dibunuh. Sejumlah hewan itu di antaranya adalah monyet, sapi, anjing, kura-kura dan ular.

Semua hewan ini tak boleh dibunuh karena mereka dianggap sebagai representasi dewa yang mereka percayai. Selain itu, hewan-hewan suci ini juga jadi kendaraan para dewa saat mengunjungi dunia. Oleh karena itulah, membunuh hewan suci adalah dosa.  Menurut Srimad-Bhagavatam dalam tulisannya berjudul "How Pariksit Received the Age of Kali", agama Hindu didasarkan pada konsep Tuhan itu bisa hadir di mana-mana (omnipresence), termasuk dalam kehidupan berbagai macam makhluk hidup, seperti sapi. Salah satu Tuhan agama Hindu, Dewa Krishna saat turun ke dunia, diyakini para pemeluk agama tua tersebut mengambil wujud atau avatar seekor sapi. Sementara monyet diyakini sebagai penjelmaan Dewa Hanoman. Hewan lainnya kura-kura merupakan salah satu bentuk penjelmaan Dewa Wisnu. Dalam kepercayaan Hindu, Wisnu diyakini telah turun ke dunia sebanyak sembilan kali dalam beragam wujud. Soal ini tertulis dalam kitab Hindu Purana yang menyebutkan bahwa Kurma adalah avatar atau awatara kedua dewa Wisnu yang berwujud kura-kura raksasa. 
Untuk diketahui di kalangan umat Hindu, avatar atau awatara dalam bahasa sanskrit, merupakan inkarnasi dan manifestasi dari Tuhan saat turun ke dunia untuk menegakkan dharma atau kebenaran. Tuhan mereka ini saat turun ke dunia bisa menjelma dalam berbagai wujud makhluk hidup. 

Dengan penjelasan ini, maka dapat dipahami mengapa sapi dan hewan suci lainnya di kalangan umat Hindu tak boleh dibunuh. 
Soal keberadaan hewan suci, sebenarnya bukan hanya diyakini umat Hindu. Sejumlah kepercayaan kuno lainnya seperti Jainisme dan Zoroastrianisme juga menyakini hal serupa. Tak heran, di berbagai tempat yang warganya punya keyakinan seperti itu, hewan-hewan yang dianggap suci tersebut pun dibiarkan bebas berkeliaran di berbagai tempat, termasuk tempat umum seperti jalan raya dan taman. 

Pemandangan biasa
Khususnya di Nepal yang mayoritas warganya beragama Hindu, suasana hewan suci berkeliaran di jalan raya adalah hal yang umum, sebagaimana yang saya saksikan sendiri saat berwisata ke sana bulan lalu. Sementara di negara-negara Indochina yang mayoritas beragama Buddha, saya menyaksikan hewan-hewan suci tersebut umumnya hanya ditemukan di sejumlah kuil suci, seperti di kawasan Angkor Wat (Kamboja), Wat Xieng Thong (Laos), kompleks Shwedagon Paya (Myanmar). Jarang mereka ditemukan di jalan raya dan kompleks perumahan karena memang populasi warga Indochina mayoritas Buddha. 

Oleh karena itu, beda dengan di Indochina, di Nepal  sapi pun mudah ditemukan di jalan raya besar, taman,kompleks perumahan, bahkan di depan mal.  Hal ini pun menjadi pemandangan unik buat saya pribadi sehingga kadang kala saya sengaja berhenti sejenak untuk memperhatikan para sapi tersebut atau sekedar mengambil potret mereka seperti yang saya lakukan di Pokhara dan Kathmandu. Bahkan, saya sempat diam lama dan agak terpana saat menyaksikan sapi dengan anteng duduk di dekat kursi taman di Phewa Lake, Pokhara. Begitu juga saat saya dibonceng kawan naik motor menuju Durbar Square di Kathmandu, saya sempatkan memotret sapi-sapi yang anteng jalan kaki di jalan raya. Di Indonesia dan banyak negara lainnya mana ada sapi dibolehkan dan dibiarkan duduk anteng ditaman cantik atau berkeliaran di jalan raya. Di Nepal ini hal yang biasa. Di jalan raya sapi dengan mudah dijumpai, meski keberdaaan mereka ini kadangkala menimbulkan kecelakaan lalin karena para pengemudi berusaha untuk tak menabrak hewan suci.  Begitu juga dengan taman cantik di Nepal, tak hanya dikunjungi manusia, melainkan juga sapi. (Huminca Sinaga)***


--

Tyrese Gibson is a born again

Rumor going around that I converted to Islam and its accompanied by a video - respectfully guys. I'm not Muslim I am a born again Christian