Tempo.co
Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Anggito Abimanyu, menyatakan mundur dari kampus tersebut setelah dituduh melakukan plagiarisme terhadap tulisan Hotbonar Sinaga.
Anggito mengatakan telah salah menulis referensi dalam rubrik Opini yang dimuat Kompas pada 10 Februari 2014. Ia meminta maaf kepada rektor, dosen, dan seluruh sivitas UGM. Selain itu, Anggito juga meminta maaf kepada semua yang merasa dirugikan.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementarian Agama itu mengatakan tulisan opini itu ia kirim sendiri ke Kompas bukan lewat asistennya atau orang lain. Fail tulisan itu ia simpan di dalam komputer pribadinya. “Saya khilaf,” kata Anggito ketika jumpa pers di University Club UGM, Senin, 17 Februari 2014.
Permohonan pengunduran diri sebagai dosen FEB UGM itu ia sampaikan langsung kepada Rektor UGM Pratikno dalam jumpa pers tersebut. Belasan dosen, dekan, dan mahasiswa FEB mendengarkan pengunduran diri Anggito. Ia mengatakan pengunduran diri ini merupakan bagian dari komitmen menjunjung tinggi kejujuran. (Baca juga: Kasus Plagiat, Anggito Serahkan Bukti ke Komite Etik UGM)
Tulisan Anggito Abimanyu berjudul Gagasan Asuransi Bencana muncul di rubrik Opini harian Kompas pada 10 Februari 2014. Tulisan ini mirip tulisan Hotbonar Sinaga di media yang sama pada 21 Juli 2006.
Penulis di Kompasiana yang menamakan dirinya "Penulis UGM" munuduh Anggito menjiplak tulisan orang. Ia menulis tuduhan itu dengan judul Anggito Abimanyu Menjiplak Artikel Orang. Anggito dituduh menjiplak tulisan Hatbonar Sinaga berjudul Menggagas Asuransi Bencana.
SHINTA MAHARANI
--
Anggito mengatakan telah salah menulis referensi dalam rubrik Opini yang dimuat Kompas pada 10 Februari 2014. Ia meminta maaf kepada rektor, dosen, dan seluruh sivitas UGM. Selain itu, Anggito juga meminta maaf kepada semua yang merasa dirugikan.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementarian Agama itu mengatakan tulisan opini itu ia kirim sendiri ke Kompas bukan lewat asistennya atau orang lain. Fail tulisan itu ia simpan di dalam komputer pribadinya. “Saya khilaf,” kata Anggito ketika jumpa pers di University Club UGM, Senin, 17 Februari 2014.
Permohonan pengunduran diri sebagai dosen FEB UGM itu ia sampaikan langsung kepada Rektor UGM Pratikno dalam jumpa pers tersebut. Belasan dosen, dekan, dan mahasiswa FEB mendengarkan pengunduran diri Anggito. Ia mengatakan pengunduran diri ini merupakan bagian dari komitmen menjunjung tinggi kejujuran. (Baca juga: Kasus Plagiat, Anggito Serahkan Bukti ke Komite Etik UGM)
Tulisan Anggito Abimanyu berjudul Gagasan Asuransi Bencana muncul di rubrik Opini harian Kompas pada 10 Februari 2014. Tulisan ini mirip tulisan Hotbonar Sinaga di media yang sama pada 21 Juli 2006.
Penulis di Kompasiana yang menamakan dirinya "Penulis UGM" munuduh Anggito menjiplak tulisan orang. Ia menulis tuduhan itu dengan judul Anggito Abimanyu Menjiplak Artikel Orang. Anggito dituduh menjiplak tulisan Hatbonar Sinaga berjudul Menggagas Asuransi Bencana.
SHINTA MAHARANI
TEMPO.CO , Jakarta - Ilmuwan, termasuk peneliti, masih dipandang oleh masyarakat sebagai sosok yang memegang teguh etika, khususnya etika kejujuran. "Ada ungkapan bahwa peneliti boleh salah, tetapi tidak boleh berbohong," ujar Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang Sukara, Rabu 29 Agustus 2012.
Berpegang pada etika kejujuran ini pula hasil penelitian kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah, yang disebarkan secara cetak dan daring (online), menjadi rujukan sampai lahir teori baru yang memperbaharui atau mengugugurkannya.
Permasalahan muncul tatkala para peneliti dan ilmuwan diresahkan oleh upaya seseorang yang melakukan plagiarisme dan menerbitkan karyanya di jurnal ilmiah secara daring. Penjiplakan ini merupakan bentuk kejahatan sekaligus pelecehan intelektual terhadap peneliti.
Sebab itu Endang menghimbau para peneliti dan ilmuwan untuk selalu waspada dan tidak asal percaya terhadap setiap jurnal ilmiah. Mengutip data yang dihimpun Staf Ahli Kementerian Pertanian Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian Profesor Pantjar Simatupang, ia mengatakan ada puluhan jurnal internasional dan nasional yang dimasukkan ke dalam daftar hitam (blacklisted).
Sebanyak 28 jurnal di bidang ilmu pengetahuan medis, 9 jurnal di bidang ilmu sosial, 25 jurnal di bidang ilmu biologi, 11 jurnal di bidang pertanian, 9 jurnal di bidang fisika, 10 di bidang rekayasa (engineering), 15 jurnal di bidang seni dan pendidikan, 1 jurnal di bidang studi hukum, dan 3 jurnal bidang lainnya yang seluruhnya diterbitkan oleh Academic Journal.
Sementara itu, Eurojournals menerbitkan 14 jurnal di berbagai bidang keilmuan yang seluruhnya masuk kategori "jurnal hitam". Penerbit lain, Common Ground Publishing, juga menerbitkan jurnal serupa yang berjumlah 23 jurnal. "Buku yang diterbitkan oleh penerbit African World Press seluruhnya juga termasuk ke dalam "daftar hitam" ini," ujar Endang.
Di dalam negeri, penerbit nasional yang dimasukkan ke dalam daftar hitam adalah penerbit Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Pattimura (Buletin Pendidikan Matematika), FISIP Universitas Jember (Apresiasi–Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), LPPM Institute Pertanian Malang (Agritek–Jurnal Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran), Lembaga Penelitian Universitas Hasannudin (Buletin Penelitian), FE Universitas Brawijaya (Jurnal Aplikasi Manjemen/JAM).
Daftar jurnal yang masuk dalam daftar hitam dapat diunduh di alamat: http://kepegawaian.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/Blacklisted-Publishers-and-their-Respective-Journals.pdf.
Endang menambahkan, Jeffrey Beall, seorang pustakawan Auraria Library di Universitas Colorado Denver, Amerika Serikat, telah melakukan tinjauan seperti yang dilakukan Profesor Pantjar terhadap berbagai jurnal akses terbuka. Beall adalah pakar yang mendalami metadata, fulltext searching, dan information retrieval selama bertahun-tahun. Ia juga menjadi anggota dewan editor cataloging dan classification Quaterly.
Beall merekomendasikan agar setiap peneliti dan ilmuwan tidak menjalin kontak atau melakukan bisnis dengan jurnal dan penerbit yang dipertanyakan. Hal ini termasuk memasukkan naskah, menjadi anggota editor, maupun menjadi dewan anggota redaksinya. Karya tulis ilmiah yang diterbitkan jurnal maupun penerbit yang dipertanyakan tersebut harus dievaluasi ekstra, terutama jika akan digunakan sebagai alat untuk promosi dan angka kredit.
Berpegang pada etika kejujuran ini pula hasil penelitian kemudian disampaikan kepada masyarakat melalui tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah, yang disebarkan secara cetak dan daring (online), menjadi rujukan sampai lahir teori baru yang memperbaharui atau mengugugurkannya.
Permasalahan muncul tatkala para peneliti dan ilmuwan diresahkan oleh upaya seseorang yang melakukan plagiarisme dan menerbitkan karyanya di jurnal ilmiah secara daring. Penjiplakan ini merupakan bentuk kejahatan sekaligus pelecehan intelektual terhadap peneliti.
Sebab itu Endang menghimbau para peneliti dan ilmuwan untuk selalu waspada dan tidak asal percaya terhadap setiap jurnal ilmiah. Mengutip data yang dihimpun Staf Ahli Kementerian Pertanian Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian Profesor Pantjar Simatupang, ia mengatakan ada puluhan jurnal internasional dan nasional yang dimasukkan ke dalam daftar hitam (blacklisted).
Sebanyak 28 jurnal di bidang ilmu pengetahuan medis, 9 jurnal di bidang ilmu sosial, 25 jurnal di bidang ilmu biologi, 11 jurnal di bidang pertanian, 9 jurnal di bidang fisika, 10 di bidang rekayasa (engineering), 15 jurnal di bidang seni dan pendidikan, 1 jurnal di bidang studi hukum, dan 3 jurnal bidang lainnya yang seluruhnya diterbitkan oleh Academic Journal.
Sementara itu, Eurojournals menerbitkan 14 jurnal di berbagai bidang keilmuan yang seluruhnya masuk kategori "jurnal hitam". Penerbit lain, Common Ground Publishing, juga menerbitkan jurnal serupa yang berjumlah 23 jurnal. "Buku yang diterbitkan oleh penerbit African World Press seluruhnya juga termasuk ke dalam "daftar hitam" ini," ujar Endang.
Di dalam negeri, penerbit nasional yang dimasukkan ke dalam daftar hitam adalah penerbit Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Pattimura (Buletin Pendidikan Matematika), FISIP Universitas Jember (Apresiasi–Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), LPPM Institute Pertanian Malang (Agritek–Jurnal Pendidikan Pengembangan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran), Lembaga Penelitian Universitas Hasannudin (Buletin Penelitian), FE Universitas Brawijaya (Jurnal Aplikasi Manjemen/JAM).
Daftar jurnal yang masuk dalam daftar hitam dapat diunduh di alamat: http://kepegawaian.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/Blacklisted-Publishers-and-their-Respective-Journals.pdf.
Endang menambahkan, Jeffrey Beall, seorang pustakawan Auraria Library di Universitas Colorado Denver, Amerika Serikat, telah melakukan tinjauan seperti yang dilakukan Profesor Pantjar terhadap berbagai jurnal akses terbuka. Beall adalah pakar yang mendalami metadata, fulltext searching, dan information retrieval selama bertahun-tahun. Ia juga menjadi anggota dewan editor cataloging dan classification Quaterly.
Beall merekomendasikan agar setiap peneliti dan ilmuwan tidak menjalin kontak atau melakukan bisnis dengan jurnal dan penerbit yang dipertanyakan. Hal ini termasuk memasukkan naskah, menjadi anggota editor, maupun menjadi dewan anggota redaksinya. Karya tulis ilmiah yang diterbitkan jurnal maupun penerbit yang dipertanyakan tersebut harus dievaluasi ekstra, terutama jika akan digunakan sebagai alat untuk promosi dan angka kredit.
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang Sukara menilai kasus jurnal ilmiah dengan nama penulis Nono Lee, Inul Daratista, dan Agnes Monica merupakan bentuk plagiarisme sekaligus pelecehan terhadap para peneliti.
Ia mengatakan modus pelecehan terhadap ilmuwan bisa bermacam-macam bentuknya. Modus yang perlu diwaspadai adalah undangan dari penyelenggara kegiatan seminar di luar negeri.
"Panitia penyelenggara menawarkan hibah pendanaan mengikuti seminar tersebut dengan cara diganti jika hadir pada seminar yang dimaksud," kata Endang, Rabu, 29 Agustus 2012. Namun, ternyata seminarnya bohong, hotel yang disediakan juga tidak ada.
Nama Inul dan Agnes muncul dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat di jurnal African Journal of Agricultural Research, volume 7, nomor 28, halaman 4.038-4.044, terbit 24 Juli 2012. Di artikel itu, nama Agnes dan Inul ditulis sebagai penulis kedua dan ketiga, mendampingi Nono Lee sebagai penulis pertama.
Nama Nono Lee sebelumnya berduet dengan peneliti siluman bernama Pejabat Palsu. Nama keduanya tercantum dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Rice Areas Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat dalam jurnal Scholarly Journal of Agricultural Science, volume 2, nomor 6, halaman 119-125, terbit Juni 2012.
Tidak jelas siapa Nono Lee ini, apakah dia memang benar seorang peneliti bidang pertanian atau bukan. Yang jelas, Endang memastikan kedua artikel ilmiah tersebut hasil jiplakan.
Hal itu dibuktikan dari penelusuran Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Sri Hartinah dan timnya, yang menemukan bahwa artikel yang ditulis oleh Nono Lee bersama Inul dan Agnes ternyata diambil dari tulisan Arika Brdhikitta dan Thomas J. Overcamp, dengan judul "Estimation of Southeast Asian Rice Paddy Areas with Different Ecosystem from Moderate-Resolution Satellite Imagery", yang dipadukan dengan tulisan Abdul Karim Makarim dari Central Research Institute for Food Crops yang beralamat di Jalan Merdeka 147, Bogor, dengan judul "Bridging the Rice Yield Gap in Indonesia".
Melihat kenyataan ini, Endang mengimbau para peneliti dan ilmuwan di Tanah Air meningkatkan kewaspadaan. Jangan terjebak atas tawaran untuk mengirimkan naskah karya tulis ilmiah ke suatu jurnal. Jangan pula mudah terbujuk membantu sebagai editor atau dewan editor jurnal ilmiah.
Namun meningkatkan kewaspadaan saja masih belum cukup. Endang mengingatkan pula para peneliti dan ilmuwan supaya menjaga kredibilitas dengan berpegang teguh pada etika peneliti dan penelitian. LIPI sendiri telah memagari para penelitinya dengan menerbitkan Pedoman Etika Penelitian dan membentuk Komisi Etika Peneliti.
Upaya serupa dapat dilakukan lembaga penelitian lain dan perguruan tinggi. "Sudah waktunya juga para peneliti dan ilmuwan di Indonesia mengisi jurnal yang kita miliki," kata Endang. Dengan tulisan yang baik dan terpercaya, diharapkan jurnal ilmiah di Indonesia mampu sejajar dengan jurnal terpercaya lainnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Ia mengatakan modus pelecehan terhadap ilmuwan bisa bermacam-macam bentuknya. Modus yang perlu diwaspadai adalah undangan dari penyelenggara kegiatan seminar di luar negeri.
"Panitia penyelenggara menawarkan hibah pendanaan mengikuti seminar tersebut dengan cara diganti jika hadir pada seminar yang dimaksud," kata Endang, Rabu, 29 Agustus 2012. Namun, ternyata seminarnya bohong, hotel yang disediakan juga tidak ada.
Nama Inul dan Agnes muncul dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat di jurnal African Journal of Agricultural Research, volume 7, nomor 28, halaman 4.038-4.044, terbit 24 Juli 2012. Di artikel itu, nama Agnes dan Inul ditulis sebagai penulis kedua dan ketiga, mendampingi Nono Lee sebagai penulis pertama.
Nama Nono Lee sebelumnya berduet dengan peneliti siluman bernama Pejabat Palsu. Nama keduanya tercantum dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Rice Areas Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat dalam jurnal Scholarly Journal of Agricultural Science, volume 2, nomor 6, halaman 119-125, terbit Juni 2012.
Tidak jelas siapa Nono Lee ini, apakah dia memang benar seorang peneliti bidang pertanian atau bukan. Yang jelas, Endang memastikan kedua artikel ilmiah tersebut hasil jiplakan.
Hal itu dibuktikan dari penelusuran Kepala Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI Sri Hartinah dan timnya, yang menemukan bahwa artikel yang ditulis oleh Nono Lee bersama Inul dan Agnes ternyata diambil dari tulisan Arika Brdhikitta dan Thomas J. Overcamp, dengan judul "Estimation of Southeast Asian Rice Paddy Areas with Different Ecosystem from Moderate-Resolution Satellite Imagery", yang dipadukan dengan tulisan Abdul Karim Makarim dari Central Research Institute for Food Crops yang beralamat di Jalan Merdeka 147, Bogor, dengan judul "Bridging the Rice Yield Gap in Indonesia".
Melihat kenyataan ini, Endang mengimbau para peneliti dan ilmuwan di Tanah Air meningkatkan kewaspadaan. Jangan terjebak atas tawaran untuk mengirimkan naskah karya tulis ilmiah ke suatu jurnal. Jangan pula mudah terbujuk membantu sebagai editor atau dewan editor jurnal ilmiah.
Namun meningkatkan kewaspadaan saja masih belum cukup. Endang mengingatkan pula para peneliti dan ilmuwan supaya menjaga kredibilitas dengan berpegang teguh pada etika peneliti dan penelitian. LIPI sendiri telah memagari para penelitinya dengan menerbitkan Pedoman Etika Penelitian dan membentuk Komisi Etika Peneliti.
Upaya serupa dapat dilakukan lembaga penelitian lain dan perguruan tinggi. "Sudah waktunya juga para peneliti dan ilmuwan di Indonesia mengisi jurnal yang kita miliki," kata Endang. Dengan tulisan yang baik dan terpercaya, diharapkan jurnal ilmiah di Indonesia mampu sejajar dengan jurnal terpercaya lainnya.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Inul Daratista dan Agnes Monica selama ini dikenal sebagai artis papan atas Ibu Kota. Namun siapa menyangka jika keduanya ternyata juga mempunyai minat di bidang tulis-menulis jurnal ilmiah. Ya, jurnal ilmiah! Nama Inul dan Agnes sempat tercantum dalam sebuah artikel ilmiah di bidang pertanian.
Artikel berjudul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" tersebut muncul dalamAfrican Journal of Agricultural Research, volume 7, nomor 28, halaman 4038-4044, terbit pada 24 Juli 2012. Di artikel itu, nama Agnes dan Inul ditulis sebagai penulis kedua dan ketiga, mendampingi Nono Lee sebagai penulis pertama.
Tepat di bawahnya terdapat nama institusi asal ketiga penulis. Namun, nama institusi yang tercantum juga terbilang aneh, yakni Institute of Dangdut, Jalan Tersesat No. 100, Jakarta 10000, Indonesia, Accepted 22 June 2012. Tulisan ini dikategorikan oleh African Journal of Agricultural Research (AJAR) sebagai Full Length Research Paper.
Tidak jelas benar siapa Nono Lee ini, apakah dia memang benar seorang peneliti bidang pertanian atau bukan. Yang jelas, kemunculan nama Inul dan Agnes cukup menyita perhatian.
Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang Sukara mengatakan berita ini sangat mengejutkan, khususnya bagi ilmuwan di seluruh Tanah Air. Bagaimana tidak, selama ini dua artis tersebut diketahui tidak mendalami masalah pertanian.
"Bagaimana bisa dua orang artis yang dikenal memiliki jadwal kegiatan keartisan yang sangat padat dapat memiliki waktu untuk mendalami dan meneliti masalah pertanian di Indonesia tanpa diketahui publik," ujar Endang kepada Tempo, Rabu, 29 Agustus 2012.
Artikel yang sempat dimuat di laman http://www.academicjournals.org/ajar tersebut kini sudah tidak dapat diakses. Tampaknya artikel yang menghebohkan dan menjadi bahan perbincangan di forum-forum di dunia maya tersebut sudah ditarik dari sirkulasi.
Tidak hanya nama Inul dan Agnes yang mendadak muncul dalam jurnal ilmiah "tidak lazim" itu. Nama Nono Lee kembali "berduet" dengan peneliti siluman bernama Pejabat Palsu. Keduanya tercantum dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Rice Areas Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat dalam Scholarly Journal of Agricultural Science, volume 2, nomor 6, halaman 119-125, terbit Juni 2012.
Alamat lembaga yang tertulis di bawahnya juga cukup unik, yakni Institute of Technology of Medan, Jalan Tersesat No. 100, Medan, Sumatera Utara, 20000, Indonesia. Accepted 13 May, 2012. Tulisan yang dikategorikan sebagai Full Length Research Paper ini masih dapat diakses dan diunduh dari laman http://www.scholarly-journals.com/sjas.
Artikel berjudul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" tersebut muncul dalamAfrican Journal of Agricultural Research, volume 7, nomor 28, halaman 4038-4044, terbit pada 24 Juli 2012. Di artikel itu, nama Agnes dan Inul ditulis sebagai penulis kedua dan ketiga, mendampingi Nono Lee sebagai penulis pertama.
Tepat di bawahnya terdapat nama institusi asal ketiga penulis. Namun, nama institusi yang tercantum juga terbilang aneh, yakni Institute of Dangdut, Jalan Tersesat No. 100, Jakarta 10000, Indonesia, Accepted 22 June 2012. Tulisan ini dikategorikan oleh African Journal of Agricultural Research (AJAR) sebagai Full Length Research Paper.
Tidak jelas benar siapa Nono Lee ini, apakah dia memang benar seorang peneliti bidang pertanian atau bukan. Yang jelas, kemunculan nama Inul dan Agnes cukup menyita perhatian.
Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Endang Sukara mengatakan berita ini sangat mengejutkan, khususnya bagi ilmuwan di seluruh Tanah Air. Bagaimana tidak, selama ini dua artis tersebut diketahui tidak mendalami masalah pertanian.
"Bagaimana bisa dua orang artis yang dikenal memiliki jadwal kegiatan keartisan yang sangat padat dapat memiliki waktu untuk mendalami dan meneliti masalah pertanian di Indonesia tanpa diketahui publik," ujar Endang kepada Tempo, Rabu, 29 Agustus 2012.
Artikel yang sempat dimuat di laman http://www.academicjournals.org/ajar tersebut kini sudah tidak dapat diakses. Tampaknya artikel yang menghebohkan dan menjadi bahan perbincangan di forum-forum di dunia maya tersebut sudah ditarik dari sirkulasi.
Tidak hanya nama Inul dan Agnes yang mendadak muncul dalam jurnal ilmiah "tidak lazim" itu. Nama Nono Lee kembali "berduet" dengan peneliti siluman bernama Pejabat Palsu. Keduanya tercantum dalam artikel berjudul "Mapping Indonesian Rice Areas Using Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat dalam Scholarly Journal of Agricultural Science, volume 2, nomor 6, halaman 119-125, terbit Juni 2012.
Alamat lembaga yang tertulis di bawahnya juga cukup unik, yakni Institute of Technology of Medan, Jalan Tersesat No. 100, Medan, Sumatera Utara, 20000, Indonesia. Accepted 13 May, 2012. Tulisan yang dikategorikan sebagai Full Length Research Paper ini masih dapat diakses dan diunduh dari laman http://www.scholarly-journals.com/sjas.
No comments:
Post a Comment