Instagram

Translate

Wednesday, August 03, 2011

Just an analysis of Thailand current politics

USAI dilantik menjadi Perdana Menteri Perempuan Pertama di Thailand, Yingluck Shinawatra dapat dipastikan akan menjalani ritme kehidupan yang berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya dia hanya mengurusi bisnis perumahan, kini dia harus mengatur negara dnegan jumlah penduduk yang mencapai hampir 65 juta itu. Dapat dibayangkan, mengurusi satu orang anak di rumah saja sulit, ini harus mengatur 65 juta orang dengan kepribadian yang berbeda-beda. Namun, itu adalah konsekuensi dari pilihan dia untuk terjun ke dunia politik pada medio Mei lalu setelah Partai Puea Thai mencalonkannya sebagai PM Thailand.

Semula, nama Yingluck hampir tidak dikenal di Thailand, tetapi kini dia menjadi orang nomor satu di negara yang 95 persen penduduknya beragama Budha itu.Tentu saja, keberhasilannya menjadi politisi ternama dalam waktu sangat singkat itu merupakan kerja keras para penggiat Partai Puea Thai yang mayoritas adalah simpatisan mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra. Polesan mereka terhadap Yingluck begitu dahsyat sehingga perempuan berusia 44 tahun menang telak dalam pemilu lalu mengalahkan Abhisit. Selain jasa parpolnya, Yinngluck juga diuntungkan oleh hubungan kekerabatan langsung dengan Thaksin, yang adalah kakak kandungnya. Tidak heran, banyak pihak menilai, Yingluck menang karena efek Thaksin masih dahsyat di negara yang bisnis pariwisatanya berkembang sangat pesat itu.
Tautan langsung dengan figur Thaksin itulah yang membuat Yingluck yang sebelumnya bukan siapa-siapa, kini menjadi sosok yang sangat penting dalam kancah politik dan ekonomi Thailand. Itu pula yang membuat mayoritas rakyat Thailand yang mayoritas warga miskin itu, memilih Yingluck untuk menjalankan kekuasaan selama lima tahun mendatang. Rakyat Thailand melihat sosok Thaksin pada Yingluck sehingga berharap sama, wanita beranak satu itu pun akan melanjutkan program pembangunan pro-rakyat miskin yang digagas Thaksin ketika kali pertama menjadi PM pada awal 2000-an. Popularitas Thaksin begitu hebat di kalangan rakyat Thailand sehingga menguntungkan karir politik Yingluck.

Akan tetapi, kini masa kampanye dan pemilu sudah usai yang saat tersebut Yingluck dengan enak menikmati periode yang disebut sejumlah politisi sebagai momen bulan madunya. Pasalnya, sejak mencalonkan diri sebagai PM Thailand pada 16 Mei lalu, mayoritas warga Thailand yang miskin itu begitu menyanjungnya. Tampaknya di mata mereka, Yingluck adalah pahlawan tanpa cela yang diharapkan akan membawa kesejahteraan bagi mereka. Tidak dapat disangkal, ekspektasi rakyat Thailand terhadap Yingluck begitu besar. Mereka akan terus memonitor apakah Yingluck benar- benar merealisasikan janji politiknya yang dalam hal ini tidak beda dengan kampanye politik Thaksin Shinawatra. Program-program Thaksin memang begitu membekas dalam kenangan warga Thailand, diantaranya, sekolah murah, biaya berobat gratis, pinjaman dengan bunga sangat ringan, biaya angkutan umum yang murah, dan subsidi pertanian. Semua ini sangat didambakan rakyat Thailand karena lewat program-program itulah, mereka akan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Mereka ingin Yingluck membantu mewujudkan harapan-harapan itu.

Tentu saja, ini akan menjadi beban berat bagi Yingluck yang miskin pengalaman politik itu. Sejumlah politisi oposisi menilai, meski Yingluck punya latarbelakang pendidikan politik S2 dari Amerika, ini tidak menjamin dia akan mampu mengatur negara dengan baik. Pasalnya, sebelum 16 Mei 2011, Yingluck murni sosok pengusaha dan ibu rumah tangga dengan seorang anak.
Oleh  karena itu, seiring dengan tugas kenegaraan yang akan diemban ke depan, Yingluck dipastikan akan menghadapi tekanan yang sangat besar, bukan hanya dari warga pendukungnya saja, tetapi juga kaum oposisi.

Sejumlah pengamat politik menilai, begitu kuatnya tautan antara Yingluck dengan nama besar Thaksin, menyebabkan banyak pihak khawatir, perempuan berambut panjang sebahu itu, akan gagal dalam menjalankan tugasnya. Oleh karena itu, pengamat politik menyarankan Yingluck untuk dapat melepaskan ketergantungannya dari Thaksin.
"Seberapa besar dia mampu independen dari Thaksin, maka ini juga akan menentukan sebarap banyak rakyat Thailand akan menerimanya," kata akdemisi Amerika David Streckfuss yang mengajar di Universitas Khon Kaen, Thailand itu.

Menurut Streckfuss, kelompok oposisi yang sangat membenci Thaksin itu, akan terus berupaya mencari kelemahan Yingluck. Mereka memang tidak dapat menggusur Yingluck dengan seenaknya karena PM perempuan pertama di Tahiland itu menang telak (265 kursi dari total 500 kursi yang diperebutkan). Oleh karena itu, oposisi akan mencari waktu yang tepat untuk menjatuhkannya, Dalam hal ini, oposisi curiga Yingluck hanyalah sekadar boneka atau perpanjangan tangan dari kakaknya yang kini tinggal sebagai pelarian di Dubai untuk menghindari hukuman penjara dua tahun di Thailand akibat tuduhan korupsi.  Apalagi, sejumlah laporan media menyebutkan, semasa kampaye dan sesudahnya, ada pertemuan antara Thaksin dan para calon menteri Yingluck di Brunei dan Dubai. Meski kemudian hal ini sudah dibantah Thaksin dan juga Yingluck.

Yingluck menegaskan, dia akan menjadi pemimpin inklusif bagi seluruh warga Thailand. Oposisi akan berusaha memegang omongannya itu karena mereka tidak ingin Thaksin kembali ke Thailand. Jika pun kembali, dia harus dipenjara.  Padahal, dalam salah satu janji politik Yingluck, memberikan amnesti kepada semua tahanan politik, teramsuk kepada Thaksin. Ide inilah yang akan jadi batu simalakama bagi pemerintahan Yingluck lima tahun menadatng. Pasalnya, jika Yingluck merealisasikan janjinya itu , maka kekerasan politik yang jauh lebih buruk akan kembali terjadi. Bagaimana pun Yingluck kini sedang memimpin negara yang warganya terpecah belah antara kubu anti Thaksin dan pro-Thaksin.

******


Banyak analis politik yakin, kaum oposisi tidak akan menyerang Yingluck dalam waktu  dekat ini. Mereka akan menunggu sampai Yingluck berbuat kesalahan.
"Yingluck menang telak sehingga  bagi kaum oposisi yang ingin menurunkannya sekarang ini tidak mungkin," kata Prof Somjai Phagaphasvivat dari Universitas Thammasat, Bangkok, Rabu (3/8).

Dia menyarankan  Yingluck untuk dapat membuktikan kepemimpinannya dengan membuat program pembangunan yang meningkatkan perekonomian rakyat Thailand. Jika dia mampun untuk mewujudkan ini, maka sulit bagi oposisi untuk menjatuhkannya. Menurut Somjai, Yingluck harus mampu merangkul semua musuh Thaksin, baik dari kalangan militer, sipil, maupun kerajaan.
Selain itu, dia juga harus mampu menjadi pemimpin yang bersih, bebas skandal korupsi seperti yang menimpa  kakaknya. Dia juga harus terbuka kepada media dan tidak melakukan kebijakan penyensoran seperti yang dilakukan Thaksin. Pada intinya, Yingluck harus mampu menghilangkan karakteristik kepemimpinan kotor, seperti korupsi dan penyensor media,  yang melekat pada diri Thaksin.
Jika Yingluck berhasil merealisasikan itu, maka dia akan menjadi pemimpin universal yang disukai semua kalangan Thailand, bukan hanya kelompok Kaus Merah.

Di pihak lain, Yingluck dipastikikan akan menghadapi tantanagn terbesar karena dia sebenarnya ingin mmeulangkan kembali kakaknya ke Thailand. Namun, kata Prof Somjai, Yingluck tidak boleh melakukan itu dalam waktu dekat ini. Dia harus menunggu, ekonomi dan politik Thailand stabil. Setelah itu, dia dapat merancang strategi pemulangan kakaknya dengan bertahap dan berhati-hati karena sejumlah rakyat Thailand akan terluka oleh kebijakan ini.

Tidak heran, begitu sensitifnya isu pemulangan Thaksin dalam pemerintahan Yingluck ini, membuat sejumlah pihak memprediksi, Thaksin tidak akan pernah kembali. Karena jika Thaksin ngotot, ini akan membunuh karir politik adiknya itu. Prof Somjai mengusulkan, jika keadaan memang sudah layak untuk membincangkan pemulangan Thaksin, maka sebaiknya Yingluck melakukan referendum untuk menguatkan keputusan yang diambil nanti. "Dia harus hati-hati dalam mengimplementasikan kebijakan amnesti itu. Harus yakin dulu, situasi dan kondisinya memang sudah mendukung," kata Somjai.

Di samping itu, sejumlah  pengamat menilai rencana kepulangan Thaksin hanya akan berdampak negatif terhadap politik Thailand. "Saya pikir, kepulangan Thaksin akan memicu instabilitas politik Thailand. Tidak masalah kapan Thaksin akan pulang, pokoknya saat di amneginjak kembali Thailand, negara ini akan kembali kisruh," kata pengamat politk Asia Tenggara Joshua Kurlantzick seperti dilaporkan Reuters, Rabu (3/8). (Huminca Sinaga/dari berbagai sumber)***

No comments:

Post a Comment