Instagram

Translate

Sunday, February 13, 2011

Perburuan Harta Mubarak

HOSNI Mubarak sudah menjadi eks-presiden sekarang, tetapi bukan berarti permasalahan di Mesir selesai. Masyarakat Mesir kini dihadapkan pada ketidakpastian akibat masih bertenggernya militer pada pemerintahan transisi saat ini. Tidak heran, banyak warga Mesir menganggap perjuangan mereka belum selesai. Dalam hal ini, warga menuntut direalisasikannya pemerintahan madani, dan juga pembekuan harta-harta Mubarak dan klannya.

Sudah biasa bagi para pemimpin lalim di seluruh dunia, ketika mereka ditumbangkan dari kekuasaannya, maka perburuan harta mereka menjadi hal yang menarik untuk ditelusuri. Dengan sistem pemerintahan yang tidak transparan, para pemimpin otoriter begitu mudah untuk menumpuk harta kekayaan tanpa ada pengawasan berarti. Lihat saja, pemimpin lalim asal Haiti yang punya properti mewah di St. Vallier-de-Thiey, Perancis, Mohammad Reza Pahlavi dengan sejumlah hartanya di  Bahamas, Mexico, Panama,  dan Mesir, Marcos dengan hartanya di AS dan Swiss.

Akumulasi harta dilakukan dengan mudahnya karena media yang seharusnya menjadi alat kontrol kekuasaan, sama sekali tidak berfungsi. Tidak bersuaranya media inilah yang membuat rezim Mubarak langgeng selama 30 tahun dan seluruh klannya berhasil mengumpulkan harta dalam jumlah besar. Guardian melaporkan, jumlah kekayaan Mubarak diprediksi mencapai 70 miliar dolar AS (Rp 630 triliun).

Lalu, pasca-Mubarak ditumbangkan, di manakah kekayaan itu kini berada? Saat ini banyak media baik lokal maupun internaisonal berusaha untuk menginvestigasi kekayaan klan Mubarak tersebut. Salah satunya dilakukan Philip Shenon, mantan wartawan The New York Times, yang kini menjadi wartawan investigatif independen. Dia baru-baru ini menuliskan laporan soal penyelidikannya mengenai kekayaan Mubarak dan keluarganya. Menurut Philip, Mubarak sepertinya berhasil menyelamatkan seluruh hartanya dari sitaan negara atau pihak lainnya. Tidak seperti saat kejadian Ben Ali digulingkan, banyak harta mantan pemimpin Tunisia itu akhirnya tidak berhasil diselamatkan. Pasalnya, Ben Ali yang kabur dnegan tergesa-gesa itu membuat proses pemindahan harta tidak sempat dilakukan. Akibatnya, pemerintahan transisi Tunisia sempat melakukan koordinasi dengan pihak luar untuk membekukan harta-harta Ben Ali.

Hal ini tidak dialami oleh Mubarak. Sebelum lengser pada Jumat (11/2) lalu, Mubarak sempat menyelamatkan sebagian  besar hartanya."Kami baru sadar bahwa para penasehat keuangan Mubarak sudah berhasil mengamankan sebagian besar harta Mubarak sebelum dia ditumbangkan pada Jumat lalu," kata salah seorang pejabat pemerintahan yang tidak disebutkan namanya itu. Oleh karena itu, meski pemerintahan Swis mengumumkan akan membekukan harta MUbarak, hal itu sudah terlambat.

Namun demikian, perburuan aset-aset Mubarak terus dilakukan. Banyak harta Mubarak disimpan dalam porfolio yang  beragam,s eperti emas, saham, reksadana, obligasi, properti, dan lainnya. Sudah menjadi rahasia umum, pria gaek berusia 82 tahun iitu punya banyak properti di Inggris tempat salah satu anaknya (Gamal) pernah berkarir sebagai CEO salah satu bank di London.
Mubarak selama ini telah menjadikan Inggris sebagai tanah air kedua. Mungkin, selain karena istrinya berdarah setengah Inggris, juga di sana harta mereka banyak berserakan.


Karen Leigh, reporter Hindustan Times, menuliskan bahwa semua keluarga Mubarak suka dengan kemewahan. Padahal, lebih dari 40 persen warga Mesir hidup di bawah garis kemiskinan, yakni dnegan upah sekitar Rp 18.000 perhari. Gamal, anak kedua Mubarak, yang sempat diplot untuk menjadi pengganti Hosni Mubarak, suka sekali bergaya hidup mewah. Jas dan sepatu yang dipakainya merupakan produk unggulan Eropa. Pun, dengan istrinya yang bernama Khadija, anak konglomerat Mesir ternama Mahmoud el-Gamal, yang dinikahi Gamal pada  2007 dalam pesta mewah di resort  Sharm-el-Sheikh,  juga merupakan pecinta gaya hidup mewah, termasuk operasi plastik.  Uang memang bukan masalah bagi klan Mubarak ini. Mereka dapat melakukan apapun yang dimaui. Jika saja Revolusi tidak terjadi, sudah dapat dipastikan pemerintahan Mesir mendatang di bawah kepemimpinan Gamal dan istrinya Khadija, akan serupa dengan Mubarak yang istrinya juga suka dengan barang-barang mewah.

Menurut Philip Shenon peranan istri Mubarak, yakni Suzanne, sangat besar dalam memengaruhi setiap keputusan yang dibuat suaminya. Sebut saja, pencalonan Gamal sebagai pengganti Mubarak merupakan ide dari istri Mubarak yang setengah Inggris itu. Suzanne yang merupakan lulusan American University di Kairo ini puny m bisi begitu besar untuk mendudukkan anaknya sebagai presiden Mesir pasca-Mubarak. Akan tetapi, keinginan perempuan  berdarah Wales dan Mesir itu,  kini pupus.
Gamal yang berusia 47 tahun itu memang begitu dikenal oleh publik Mesir. Dia baru kembali ke Mesir pada 2000  setelah lama tinggal di London. Kepulangannya ke Mesir untuk  memenuhi panggilan orang tuanya yang memplot pria lulusan American University, Cairo itu, sebagai presiden menggantikan Mubarak.

Di Inggris, keluarga Mubarak memiliki sejumlah properti, diantaranya  rumah enam lantai dengan gaya  Georgian yang berlokasi di Knightsbridge,  dekat dengan mal ternama Harrods dan Hyde Park. Klan Mubarak juga punya kantor di London, yakni Medinvest Associates, perusahaan finasial yang mengurusi soal investasi yang didirikan setelah Gamal keluar dari pekerjaannya di Bank of America. Berdasarkan laporan, perusahaan itu juga mengurusi semua harta Mubarak di berbagai penjuru dunia.

Arwa Hassan, yang merupakan pakar anti-korupsi Transparency International dari Timur Tengah, mengatakan, keluarga Mubarak dapat dengan  mudah mengakumulasikan harta kekeyaaan mereka karena dengan banyak anggota keluarga Mubarak seringkali mendekati kaum pengusaha sukses dan meminta mereka untuk memberikan posisi dan saham bagi klan Mubarak. Para pengusaha itu tentu saja tidak kuasa menolak sehingga tidak heran di semua perusahaan ternama seperti Royal Bank dan juga institusi keuangan IMF, ada link dengan klan Mubarak. Tidak heran, jika dikatakan hampir separuh kekayaan negara Mesir merupakan milik keluarga Mubarak.
Sayangnya, saat ini harta itu sebagian besar sudah terselamatkan. Tapi, bukan berarti perburuan selesai. Pemerintah Mesir akan berupaya untuk mendapatkan harta-harta tersebut, dan ini berarti Mubarak haus siap-siap menghabiskan sebagian asetnya untuk membayar pengacara agar harta-hartanya tidak disita. (Huminca/dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment